Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Senja di Tugu Golong Gilig, Jogjakarta

19 September 2022   13:42 Diperbarui: 19 September 2022   13:50 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entah siapa? Pokoknya minta foto ya dilayani. | Dokumen pribadi 

Sabtu menjelang senja ketika saya sedang asyik mengayuh sepeda dengan santai di depan Tugu Golong Gilig Jogjakarta, tiba-tiba seorang pesepeda dari sebuah komunitas sedikit berteriak kepada saya. 

"Hoee... sini foto dulu. Sabar tala ... Sebentar lagi lanjut." 

Dengan sedikit bingung saya pun berhenti. Lalu seseorang mengajak foto bersama dengan seluruh anggota komunitas pesepeda.

Merasa tidak kenal saya menolak dan minggir sambil memandangi mereka.

"Kalau tidak seangkatan memang ga enak foto bersama. Bapak angkatan tahun berapa?" kata seorang pesepeda yang agak muda. Saya makin bingung dan jawab ngawur. "Angkatan tahun 80." 

"Wah seangkatan dengan dokter dan kolonel itu ya?" kata yang lain lagi sambil melihat ke arah dua orang yang tampaknya sebagai koordinator. Saya makin bingung dan menjawab dengan menggelengkan kepala. 

"Wali kelasnya siapa sih?" tanya seorang lagi. Pertanyaan ini menyadarkan saya bahwa mereka keliru menganggap saya anggota komunitas mereka. 

"Hla warna kaosnya sama... Kukira tidak kebagian kaos lengan panjang." Kata salah satu di antara mereka. Saya pun baru menyadari warna kaos saya seperti warna seragam mereka. Kami pun tertawa.

Hahahaha... Kecele. | Dokumen pribadi.
Hahahaha... Kecele. | Dokumen pribadi.

Gegara warna kaosnya sama. | Dokumen pribadi 
Gegara warna kaosnya sama. | Dokumen pribadi 

Entah siapa? Pokoknya minta foto ya dilayani. | Dokumen pribadi 
Entah siapa? Pokoknya minta foto ya dilayani. | Dokumen pribadi 

Mereka adalah komunitas pesepeda alumni SMA Negeri Dua Surabaya yang sedang touring ke Yogyakarta. 

Sebagai orang yang pernah hidup di Surabaya akhirnya kami semakin akrab dan berbincang tentang Surabaya. 

Dua puluh menit di sekitar Tugu Golong Gilig lalu melanjutkan perjalanan ke Malioboro. Saya hanya mengikuti dari belakang. Anggota komunitas yang jumlahnya sekitar 50 orang tentu tidak semua tahu keberadaan saya. Ketika saya berada di belakang, seorang anggota yang bertugas menjaga supaya tidak ada yang tercecer, berseru dengan logat Jawa Timur alias Suroboyoan: "Hee...ngarep kono lho..." 

Saya manut saja daripada ada kesalahpahaman.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Di depan Kampung Kentandan, ketika jalanan mulai macet saya langsung menyelinap masuk. Istirahat sambil bersembunyi dengan duduk di kursi penjual sandal. 

Sepuluh menit kemudian baru keluar. Dasar apes, ternyata mereka masih berfoto ria di sekitar Pasar Beringharjo dan tempat kuliner. Salah satu memanggil lagi, kali ini tak bisa kutolak. Dalam hati ada rasa senang 'asyik diajak makan...' Jebul hanya minta tolong difotokan.

Yaaa... Apa salahnya berbuat sedikit kebajikan. 

Jepret... jepret... jepret.... Tiga kali jepretan langsung ngebrit pulang. 

Di pojok Plengkung Beteng Kulon istirahat sejenak. Minum cleguk... cleguk... celeguk...

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun