Dalam sebulan ini, saya pulang pergi Malang-Jogja dengan motor dua kali. Ini bukanlah suatu perjalanan yang luar biasa. Jika menilik kisah di Kompasiana, pada 2012-2014 ada dua Kompasianer perempuan tangguh sering touring sendirian. Ada yang Magelang-Malang-Probolinggo lewat kaldera Bromo menuju air terjun Madakaripura. Hanya dengan sepeda motor bebek. Hebat kan?
Sayang, mereka sudah tidak menulis di Kompasiana selain di medsos.
Sebelum berangkat tentu saja motor saya servis ringan dulu. Tapi kali ini servis di bengkel pinggir jalan bukan di tempat servis resmi. Alasannya hanya membersihkan karburator saja dengan ongkos cuma 15 ribu saja. Untuk busi, rantai, oli mesin, dan kelistrikan masih baik.Â
Jika servis berkala atau setiap 3.000 km baru di bengkel resmi.
Perjalanan dengan sepeda motor selain mengasyikkan juga irit. Bila menggunakan transportasi umum bis malam atau jasa travel paling tidak mengeluarkan beaya sekali jalan 250 ribu hingga sampai di tempat.
Memakai sepeda motor Malang-Bantul sejauh kurang lebih 350 km membutuhkan 10 liter BBM seharga 76.700 rupiah. Makan di warung K5 sebanyak dua kali di Nganjuk dan Sragen cuma habis 20 ribu.
Perjalanan yang cukup lama, sekitar 10 jam termasuk istirahat 4 kali selama 1 jam. Tempat istirahat yakni Kediri, Nganjuk sambil beli es degan atau dawet, hutan jati Caruban atau Saradan Ngawi, dan Sragen sambil makan sore.
Alasan kedua naik motor karena saat berada daerah Jogja dan sekitarnya transportasi umum belum terintegrasi dengan baik. Memang ada Transjogja namun belum menjangkau daerah terpencil serta armada lainnya sangat terbatas sekali. Menunggu bus umum atau Transjogja bisa 2-3 jam.