Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tirulah Sikap Pedagang Keliling dalam Menghadapi Kenaikan BBM

3 September 2022   19:22 Diperbarui: 4 September 2022   05:41 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masak sih beli dawet saja naik motor? | Dokumen pribadi 

Menyiasati Kenaikan BBM 

Sejak dulu kenaikan BBM selalu membuat gaduh. Mulai dari mahasiswa atau siapa pun yang merasa dirinya pembela kaum kecil eh wong cilik. 

Berbagai alasan dan argumen pun dicuatkan dan cuitkan di media massa apalagi media sosial. Padahal kaum kecil seperti burung pipit yang kecil tak mencuit-cuit walau padi muda yang gurih ditutup jaring sehingga mereka tidak bisa menikmati. 

Bagi mereka terus terbang mencari makan biar tetap hidup. Tak ada padi ya mencari biji-biji rumput yang tumbuh di pematang. Bila beruntung menemukan rontokan padi yang jatuh di sekitar sawah. 

Seperti halnya para pedagang cilok, bakso, sayur, sate, dawet, atau es keliling. Hujan panas terus keliling menjemput pembeli. Ada yang beli disyukuri. Belum ada yang beli ya terus keliling sambil berteriak-teriak kecil 'es...es...', atau 'dawet... dawet' sesuai yang mereka jual. 

Tak pernah teriak-teriak 'turunkan BBM...' Apalagi 'turunkan Jokowi!' 

Mereka punya kiat tersendiri dalam menghadapi kenaikan BBM. Bukan menaikkan harga jual dagangannya yang membuat konsumen lari. Tetap saja harganya tetapi volumenya yang sedikit dikurangi. 

Misalnya, semangkuk dawet atau es biasanya berisi 8 ciduk sekarang cuma 7 ciduk. Atau santan satu liter untuk satu panci es sekarang 0,8 liter untuk satu panci. Penjual sayur biasanya satu ikat berisi 3 batang besar sekarang menjual 2 batang besar dan 1 batang kecil. Kiat ini bukanlah menipu tapi mengimbangi kenaikan BBM. 

Bagaimana dengan kita? Tirulah para pedagang keliling. Harus mengurangi pemakaian BBM dengan lebih banyak jalan kaki. 

Misalnya: 

- ke pasar yang jaraknya tak lebih dari 500 m. 

- ke masjid atau tempat ibadat lainnya yang jaraknya sepelemparan batu. 

- ke toko tetangga yang jaraknya satu blok perumahan.

Tentu masih banyak lagi yang dapat dilakukan dengan jalan kaki. Iritkan?

Ga usah ribut walau BBM naik lagi.

Nikmatilah hidup...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun