Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Semar dalam Ajaran Agama Jawa Sanyata

24 Agustus 2022   07:00 Diperbarui: 24 Agustus 2022   07:31 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semar dalam Ajaran Agama Jawa Sanyata

Semar dengan nama lain Badranaya, Ismaya, Humarmaya merupakan tokoh spiritual yang mengajarkan kebajikan dan kebenaran dalam masyarakat Jawa yang memiliki kepercayaan bahwa alam semesta saling terkait.

Pada masyarakat pemeluk agama Jawa Sanyata, dipercaya dan diyakini bahwa Semar juga menitis pada diri Nayagenggong kemudian juga pada diri Sabdapalon yang menjadi guru spiritual Brawijaya V di masa akhir menjelang runtuhnya Majapahit.

Ki Semar bukanlah dewa atau pencipta dan penguasa alam semesta. Beliau adalah tokoh yang selalu mengajarkan, membimbing, menuntun, dan selalu menunjukkan bagaimana hidup selaras dengan alam dan sesama penuh kebajikan agar hidup selaras dan damai.

Sebagai tokoh spiritual, Ki Semar hidup dalam kesederhanaan sebagai seorang abdi. Abdi manusia yang ingin bimbingannya.

Seorang pemuka Jawa Sanyata memberi hormat sebelum Puja Bakti. Dokumen pribadi.
Seorang pemuka Jawa Sanyata memberi hormat sebelum Puja Bakti. Dokumen pribadi.

Ki Semar - Ismaya - Humarmaya - Nayagenggong - Sabdapalon, kini menitis dalam diri orang Jawa yang hidup sederhana yang dipanggil dengan sebutan Ki Kere. Sesuai dengan arti namanya, kere berarti miskin. Miskin lebih berarti tidak ingin menguasai hal yang bersifat duniawi. Dan, sebagai abdi manusia, Ki Kere juga disebut Ki Sabda Gedibal.
Sebutan Ki Sabda Gedibal menggambarkan bahwa Gedibal yang berarti pembantu namun selalu memberi ajaran dalam nasehat atau pitutur lewat sabda-sabdanya.

Penghormatan pada Ki Semar oleh umat agama Jawa Sanyata dilakukan setiap hari Rabu di Sanggar Pasembahan Paramita. Secara khusus dalam upacara sesaji penghormatan pada Eyang Ibu Bumi ya Eyang Sridayaningrat yang melimpahkan kemurahan lewat hasil bumi dan karunia lainnya.

Ki Semar sebagai tokoh yang dihormati secara khusus, patungnya ditempatkan di altar sebelah kanan altar  sanggar pasembahan, dimana para kawula muda yang bertugas akan memberi persembahan berupa hasil bumi dan makanan lainnya sebagai tanda ucapan syukur kepada Sang Maha Kuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun