Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Catur, Olahraga dan Permainan Otak Menjadi Hiburan Orang Pinggiran

11 Agustus 2022   07:00 Diperbarui: 11 Agustus 2022   12:26 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Olahraga apa pun, harus menggunakan otak atau akal untuk mengolah tak tik agar mencapai kemenangan dan menjadi juara. Sekalipun olahraga tersebut lebih banyak menggunakan kekuatan fisik. Seperti tinju, angkat berat, termasuk sepakbola.

Apalagi permainan catur yang boleh dikatakan 90 persen menggunakan otak. Sedang 10 persen menggunakan fisik atau raga, yakni mata dan tangan. Oleh sebab itu catur disebut sebagai olahraga otak.

Sebagai olahraga otak yang permainannya rumit dan selama ini saya ketahui tanpa ada batasan waktu, maka jarang ada kompetisi. Apalagi pertandingan antar sekolah dengan menggunakan sistem Swiss dimana setiap pemain harus bertanding 7 kali. Memang ada juga dengan sistem gugur, toh tetap memakan waktu yang lama.

Bahkan ada permainan catur pada ekstra kurikuler sekolah yang belum selesai sekalipun jam ekstra sudah usai.

Permainan catur, ramai dipertandingkan biasanya dalam rangka perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Di Trotoar Malioboro, Jogja. | Dokumen pribadi 
Di Trotoar Malioboro, Jogja. | Dokumen pribadi 

Sambil menunggu pembeli. Teras Malioboro, Jogja. | Dokumen pribadi 
Sambil menunggu pembeli. Teras Malioboro, Jogja. | Dokumen pribadi 

Malioboro, Jogja. | Dokumen pribadi 
Malioboro, Jogja. | Dokumen pribadi 

Permainan catur sekalipun memeras otak ternyata banyak juga penggemarnya. Adanya klub-klub catur dengan dukungan dari perusahaan tertentu yang memberi papan catur secara gratis.

Termasuk digemari kaum pinggiran, seperti tukang becak, pedagang K5, para pekerja informal yang sedang menunggu tawaran pekerjaan atau sopir yang menunggu juragannya.

Komunitas seperti ini sering dijumpai di sudut-sudut jalan tempat mereka mangkal. Atau di trotoar pinggir jalan, di bawah pohon, dan di depan toko.

"Daripada nganggur duduk melamun seperti itu." Kata seorang pengayuh becak sambil menunjuk sesama pengayuh becak yang sedang melamun.

"Main hape menghabiskan pulsa data Mas ... " kata seorang pengayuh becak yang bermain dengan seorang pedagang oleh-oleh di sudut gang Kampung Ketandan, Malioboro Jogjakarta.

Pedagang K5 Pasar Comboran, Malang. | Dokumen pribadi 
Pedagang K5 Pasar Comboran, Malang. | Dokumen pribadi 

Salah satu sudut Pasar Comboran, Malang. | Dokumen pribadi 
Salah satu sudut Pasar Comboran, Malang. | Dokumen pribadi 

Sebuah usaha untuk mempertahankan ketajaman otak, permainan catur adalah olahraga murah yang diperlukan. 

#Kisah ke 6 touring Jawa Timur, Tengah, dan Jogja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun