Malam ini kembali kutelusuri gang kecil di mana kita bertemu tanpa sengaja. Aku pun membidikmu dengan kamera.
Jepret...! Tergambarlah seorang bidadari desa yang lugu putri seorang petani sayur langgananku.
Sejak saat itu senyummu menjadi penghias komputerku. Dan juga benakku.
Aku pun mulai merindukan bertemu denganmu. Entah kapan...
Malam-malam yang panjang karena gerimis di penghujung musim hujan hanya bisa kulantunku tembang Teringat Selalu dari Tetty Kadi.
Langkahku terasa berat kala semakin dekat rumahmu.
Adakah dirimu di balik pintu merindukan bertemu dengan diriku?
Ah, ini hanyalah anganku belaka.
Ataukah dirimu yang membukakan pintu ketika aku mau menemui bapamu untuk membayar sayur dan kentang yang belum kubayar.
Gerimis mulai reda ketika kutiba di depan rumahmu yang redup.
Empat kali kuketuk pintu rumahmu dan yang membuka bukan dirimu yang kuharapkan. Tetapi seorang wanita tua yang menjawab dengan tanpa senyum:
"Bapak dan Marni sedang ke ngare mau nagih hutang uang kentang."
Waduhhhh...
Catatan:
Ngare : adalah sebutan wilayah yang berada jauh di bawah kaki gunung. Sebutan ini biasanya hanya ada pada masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H