Selama dua tahun terakhir memang berkali-kali saya menetap di Gowasari, Bantul namun demi kesehatan  bersama dan menjalankan protokol kesehatan kami tidak bisa bertemu.
Tiga bulan lalu saya sempat kirim pesan lewat WA untuk bertemu dan meminta menulis lagi tentang sejarah.
Jawaban mengejutkan, 'sudah enggan menulis lagi karena tulisannya di-copypaste mentah-mentah oleh penulis lain'.
Niat bertemu lagi di akhir Mei ini seiring melandainya pandemi ternyata sirna.
Mas Djati telah mendahului kita. Tak ada yang bisa saya katakan lagi selain berdoa: Semoga Mas Djati hidup berbahagia di surga dan keluarganya senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Amin
Selamat jalan Mas Djati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H