Bila melewati jalan perdesaan sering kita jumpai tumpukan jerami, rumput liar dan budidaya, batang jagung, atau pangkasan dedaunan yang diikat sedemikian rapi.Â
Tumpukan itu ada yang ditaruh di bawah pohon yang cukup rindang ada pula yang ditempatkan di sebuah lapak atau kedai bahkan di depan rumah.
Hal yang tampak sepele ini sebenarnya bisnis ala desa dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi.Â
Yakni usaha penjualan rumput dan tanaman pakan ternak, khususnya kambing, domba, sapi, dan kuda.
Jenis rumputnya mulai dari rumput liar maupun rumput hasil budidaya, seperti kalajana. Sedang dedaunan seperti daun nangka, kaliandra, dan turi untuk pakan kambing.
Ada juga jerami atau batang padi dan tebon atau batang  jagung yang masih basah. Jika jerami sudah cukup kering maka harus difermentasi dulu.Â
Sedang batang jagung atau tebon diambil dari tanaman jagung yang gagal panen akibat pertumbuhan kurang maksimal.Â
Cirinya jagung gagal panen adalah tinggi batangnya tak lebih dari 1,25m dengan daun kecil dan tidak lebar serta buahnya kecil dengan diameter tak lebih dari 8cm.
Ada juga yang diambil dari jagung yang memang ditanam khusus untuk pakan ternak. Biasanya diambil bukan dari bibit unggul dan ditanam di pematang atau kebun yang jauh dari pengairan.
Para pedagang mendapat rumput, dedaunan, dan jerami dari mereka yang mencari sengaja untuk dijual. Sedang rumput kalajana dan  sejenisnya serta batang pohon jagung didapat dari petani yang menanam atau membudidayakan sendiri.
Harga rumput liar satu ikat dengan diameter satu pelukan dari petani antara 15-17,5 ribu dan dijual antara 20-25 ribu.
Harga jerami satu pelukan dari petani 15 ribu dan dijual seharga 20 ribu.
Harga rumput kalajana dan odot satu pelukan 25 ribu rupiah.Â
Sedang harga dedaunan sedikit lebih mahal antara 25-30 ribu karena sulit mendapatkannya dengan cara memanjat dan harus membeli dari pemilik tanaman.
Setiap hari para pedagang bisa menjual antara 10 hingga 20 ikat rumput dan tanaman pakan ternak. Bahkan yang mempunyai tempat yang lebih baik dan kendaraan sendiri untuk diantar ke konsumen bisa menjual sekitar 30-40 ikat.
Sebuah bisnis ala desa yang menggiurkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H