Setiap bulan Ramadhan usaha kuliner lewat pasar takjil untuk memenuhi kebutuhan makanan demikian menjamur hampir di semua tempat. Hampir setiap tempat terbuka yang cukup luas, seperti halaman balai RW, taman atau lapangan kampung dan desa, atau sekedar di pinggir jalan yang cukup lebar didirikan lapak-lapak penjual makanan dan minuman. Kini juga merambah kebutuhan dapur, pakaian, dan mainan anak-anak.
Meningkatnya aktivitas ekonomi lewat pasar takjil ini tentu saja menambah pertumbuhan perputaran ekonomi masyarakat setempat. Mulai dari pembuat dan penjual makanan, penyewaan tenda, tukang parkir bahkan pemerintahan kelurahan atau desa setempat yang menyewakan lahan.
Setiap petak lapak dikenakan beaya sewa sesuai ketentuan yang disepakati perangkat desa dan pengurus RT/RW setempat. Beaya sewa ini bukan sekedar mencari keuntungan tetapi juga digunakan untuk beaya kebersihan termasuk membuang sampah ke TPS.
Pada awal ramainya pasar takjil, para penjual hanya dari beberapa orang yang sekedar mengisi waktu menjelang berbuka puasa dan para pedagang yang saat siang tidak berjualan. Kini yang berjualan juga para produsen resmi yang ingin mengenalkan produknya kepada masyarakat. Seperti makanan dan minuman dalam kemasan, kue kering, serta keperluan dapur dan alat-alat masak serta pakaian.
Peluang inilah yang terbaca oleh pemerintahan desa untuk menjaring sponsor.
Pasar takjil berganti nama, seperti Festival Ramadhan, Pasar Ramadhan, atau sebutan lainnya yang bisa menarik konsumen.
Hal lain yang cukup menarik pasar takjil atau festival semacam ini juga adanya stan wahana permainan anak-anak. Seperti bianglala, komedi putar, dan permainan ketangkasan yang biasanya diadakan di sebuah pasar malam tradisional.
Ramainya stan wahana permainan anak-anak ini bersamaan saat para orangtua yang sedang belanja makanan. Pada malam hari atau setelah magrib tampak sepi sedikit pengunjung karena berlangsungnya sholat tarawih.
Harga karcis setiap wahana berbeda, antara 5-10 ribu rerata 7,5 ribu rupiah.
Setiap wahana per malam rerata bisa menarik 15 orang. Artinya akan mendapat sekitar 112,5 ribu per wahana.
Selama bulan Ramadhan atau sekitar 27 hari akan menghasilkan 3.037.500 rupiah per wahana.
Biasanya pengusaha permainan ini menyediakan sekitar 8 wahana. Maka yang diperoleh sekitar 8 x 3.037.500 = 24.300.000
Berapa keuntungan yang diperoleh?
Beaya operasional:
- sewa lahan 5 juta.
- beaya penjaga operasional stan 25% x 24.300.000 = Â 6.075.000
  Beaya ini dibagi 8 orang penjaga stan selama operasional.
- beaya petugas penjagaan keamanan 2,5 juta
  Petugas penjaga keamanan bekerja saat tidak operasional ada dua shift antara jam 23.00 – 12.00.
- ongkos bongkar pasang 2 juta.
- ongkos angkut pindah tempat 2,5 juta.
Keuntungan: 24.300.000 - 5.000.000 - 6.075.000 - 2.500.000 - 2.000.000 – 2.500.000 = 6.225.000 (enam juta dua ratus dua puluh lima ribu rupiah)
Pasar Malam dan Pasar Takjil bagaimana pun wujudnya ternyata membangkitkan perekonomian masyarakat lewat UMKM. Di sinilah apresiasi sepenuhnya diberikan kepada perangkat dan aparat desa yang telah memberi peluang dan kesempatan kepada masyarakat dan produsen untuk mengembangkan usaha mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H