Membaca sejarah memang mengasyikkan sebab mengetahui sepak terjang para tokoh dalam usaha membangun sebuah negara atau pun sekedar komunitas yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan.
Sebagai salah seorang yang gemar membaca sejarah masa lalu, terutama sejarah kerajaan-kerajaan pra kemerdekaan saya tertarik dengan beberapa Kompasianer yang cukup detail dalam menulis sejarah ini. Apalagi sumbernya diambil dari buku-buku yang berbobot dan cukup representatif dalam arti netral tanpa ada tendensius bersandar pada tokoh sejarah tertentu.
Para Kompasianer ini di antaranya Mas Jati Kumoro, Teguh Hariawan, dan Sri Wintala Achmad. Sayang sekali ketiganya sudah tidak aktif lagi termasuk di media sosial. Mungkin masih menjadi silent reader.
Tentu ada alasan tersendiri mereka mundur dari media sosial termasuk Kompasiana.
Dalam salah satu tulisan di media sosial, ada keluhan secara terbuka bahwa tulisannya dijiplak mentah-mentah oleh pegiat penulis sejarah media sosial lainnya.
Mundurnya mereka cukup membuat saya merasa kehilangan. Apalagi saya belum mengetahui apakah Mas Jati Kumoro dan Teguh Hariawan yang keduanya humoris, ceria, dan familiar sudah mencetak buku atau belum.
Tentang  Sri Wintala Achmad saya memang kurang begitu berinteraksi termasuk pada postingannya di Kompasiana. Lebih banyak menjadi pasif untuk tulisannya yang berbobot. Hanya beberapa kali menanggapi dengan sebuah pertanyaan karena ada perbedaan sudut pandang suatu kejadian dan putusan yang dilakukan oleh tokoh sejarah tertentu.
Seperti halnya bersama Jati Kumoro dan Teguh Hariawan yang pernah bertemu langsung dan berbincang lewat komen tentu juga pingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah masa kerajaan yang dipahaminya.
Seperti diketahui Sri Wintala Achmad memang seorang penulis sejarah yang kompeten. Sekitar ada dua belas buku sejarah yang telah ditulis, dicetak, dan diterbitkannya.
Sungguh sangat menggembirakan lebih tepatnya sangat diharapkan jika mereka bertiga tampil lagi untuk menambah wawasan dan pemahaman akan sejarah masa lalu.