Hal di atas tak mungkin dipikirkan oleh produsen atau kartel minyak goreng. Bisnis adalah bisnis. Bukan kegiatan sosial. Keuntungan sebesar mungkin adalah hal yang harus dicapai.Â
Ibu adalah penyangga bangsa. Sebuah ungkapan yang membanggakan. Sebagai penyangga harus berdiri tegak dan kuat. Jangan sampai goyah.
Namun kali ini Para Ibu Nusantara harus berdiri di atas minyak goreng yang licin dengan beban kenaikan harga yang tak terelakkan.Â
Sedikit lengah akan membuat Para Ibu Nusantara akan terpeleset dan jatuh terpelanting.Â
Siapa peduli? Tragis!
Mungkinkah para produsen dan kartel minyak goreng bukan sekedar mengucapkan terimakasih dengan memasang iklan? Boleh jadi sekarang tak memasang iklan sebab bagaimanapun minyak goreng tetap dicari dan dibeli. Sungguh luar biasa bila sudi memberi penghargaan kepada Para Ibu Nusantara dengan menurunkan harga minyak goreng paling tidak seharga seperti pada Januari 2020 silam.
Bukankah pengolahan dan pembuatan minyak goreng bahannya diambil sepenuhnya dari Ibu Pertiwi Nusantara tercinta ini?Â
Tak adakah jalan untuk memecahkan masalah ini?
Para Ibu Nusantara sudah tak bisa bicara lagi. Mulut terkatup dalam doa dan harapan agar tidak terpeleset minyak goreng.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H