Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dua Macam Sistem Pengupahan Buruh Tani

16 Maret 2022   08:21 Diperbarui: 16 Maret 2022   10:00 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sistem pengupahan buruh tani tradisional setiap daerah berbeda-beda, bahkan setiap kecamatan di suatu kota bisa berbeda satu sama lain. Misalnya di Malang daerah Poncokusumo dan Tumpang beda dengan daerah Kepanjen dan Sumber Pucung. Atau di kota lain seperti Sleman, Bantul, Ngawi, dan Kebumen.

Ada dua sistem pengupahan yang dikenal dalam masyarakat petani.

Pertama sistem pengupahan dengan bagi hasil sepertiga atau dalam budaya Jawa dikenal pertelon. Pada sistem ini hasil panen terutama padi akan dibagi menjadi tiga bagian sama rata untuk pemilik lahan, buruh tanam, dan pengelola lahan.

Pemilik lahan tidak ikut bekerja selain hanya menyediakan bibit, pupuk, dan pestisida.

Buruh tanam tugasnya menanam padi, menyiangi atau mencabut rumput dan membuang gulma, serta memanen dengan cara mereka sendiri. Bisa memotong pangkal padi dengan sabit atau menggunakan ani-ani untuk memotong bagian batang padi saja.

Pengelola atau penggarap tugasnya membajak (membalik tanah) dan menggaru (melembutkan tanah) dan menyediakan pasokan air selama masa tanam. Penyediaan pasokan air pengelola bekerjasama dengan jagatirta.

Pada saat panen pemilik lahan, pengelola dan buruh tani semua ikut bekerja. Dalam hal ini tentu buruh tani lebih banyak  bekerja.

Padi hasil panen langsung dimasukkan dalam keranjang atau karung oleh buruh tani kemudian dikumpulkan di pinggir sawah. Setelah pemetikan selesai semua, maka dibagi menjadi tiga bagian untuk pemilik, pengelola, dan buruh tani. Jika buruh tani jumlahnya ada lima orang, maka sepertiga bagian buruh tani akan dibagi menjadi lima oleh mereka sendiri.

Cara membagi hasil panen pun ada dua macam. Pertama padi langsung dirontokkan menjadi gabah, baik secara manual dengan cara digeblok atau menggunakan mesin perontok.

Jika dikerjakan secara manual dengan cara digeblok maka hasil panen tetap dibagi menjadi tiga bagian saja. Bila dirontokkan dengan menggunakan mesin, pemilik mesin perontok akan seperlima bagian ada juga yang mendapat seperempat bagian. Bagian pemilik mesin perontok menjadi tanggungjawab semuanya.

Untuk upah jaga tirta atau kuwawa penyedia air irigasi menjadi tanggungjawab pengelola. Ada yang diberi uang ada pula yang mendapat bagian gabah dengan jumlah sesuai kesepekatan mereka berdua.

Selama menggarap sawah pengelola dan buruh tani ada yang mendapat kiriman ransum makanan dari pemilik lahan ada pula yang tidak. Bila luas lahan tidak lebih dari seperempat hektar biasanya tidak mendapat kiriman makan.

Sistem pembagian seperti ini banyak dikeluhkan pemilik lahan yang merasa sebagai tuan tanah dan banyak ditemui di wilayah Jawa Tengah dan Jogjakarta.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Satu karung untuk buruh. Dokumen pribadi.
Satu karung untuk buruh. Dokumen pribadi.

0 0 0

Kedua sistem pengupahan harian.

Sistem ini banyak dilakukan petani di bagian timur wilayah Jawa Timur dan pada semua jenis komoditas seperti padi, jagung, sayur, dan palawija.

Pada sistem ini pemilik lahan mengupah buruh tani secara harian baik saat menanam, matun atau menyiangi mencabut rumput dan gulma, dan panen. Ongkos kerja antara 40 -- 50 ribu rupiah per hari selama 5-6 jam antara jam 6 pagi  hingga 12 siang. Untuk makan siang tergantung kehendak pemilik lahan atau berdasarkan kesepekatan.

Pengelolaan lahan entah dicangkul, dibajak dengan mesin atau secara tradisional dengan tenaga sapi, pengupahannya dilakukan dengan sistem borongan menurut luas lahan sesuai dengan kesepekatan.

Untuk upah jaga tirta atau kuwawa juga sesuai dengan kesepakatan menurut luas lahan dan jenis komoditas yang ditanam. Ongkos pengairan padi dan jagung atau sayur berbeda-beda.  

Empat puluh ribu setengah hari. Dokumen pribadi.
Empat puluh ribu setengah hari. Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Khusus untuk panen padi, di wilayah timur Malang agak berbeda. Para pemanen biasanya tidak diberi ongkos alias para sukarelawan yang sedang mencari batang padi atau jerami (Jawa: damen) untuk pakan sapi. Jerami ini ada yang untuk kebutuhan sapi mereka sendiri ada pula yang dijual seharga 50-60 ribu rupiah per sekali angkut dengan sepeda motor. Atau sekitar dua keranjang besar untuk kebutuhan dua ekor sapi.

Cara mendapatkan damen, para sukarelawan ini ikut memotong padi dan menggeblok atau merontokkan padi lalu jeraminya dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan.

Maka tidak mengherankan jika pada saat panen padi ada para pemetik yang tidak saling mengenal sekali pun saling berbincang dan bergurau, sebab mereka berasal dari desa yang berjauhan.

Luas sawah yang tak lebih dari seperempat hektar kadang ada 5-6 pencari jerami. Sehingga hanya dalam setengah hari tanaman padi sudah bersih dipanen. Cukup menguntungkan bagi pemilik sawah tidak perlu mengeluarkan ongkos petik. Kecuali menyisakan sebagian jerami untuk pakan sapinya.

Lahan pertanian wilayah timur Malang selama tiga puluh tahun terakhir ini memang banyak petani yang menanam sayur dan palawija sehingga luas lahan komoditas padi menyusut. Keadaan ini membuat kebutuhan jerami untuk pakan sapi menyusut pula. Sedang harga rumput kalajana dan rumput gajah untuk pakan ternak juga cukup mahal.

Pencari jerami sedang membantu panen padi. Dokumen pribadi 
Pencari jerami sedang membantu panen padi. Dokumen pribadi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun