Hanya debulah aku di alas kakiMu Tuhan
Hauskan titik embun sabda penuh ampun
Tak layak aku tengadah menatap wajahMu
Namun tetap kupercaya maha rahim Engkau
Ampun seribu ampun hapuskan dosa-dosaku
Segunung sesal ini kuhunjuk padaMu
Sebuah lagu yang lembut nan syahdu yang selalu dinyanyikan oleh keluarga dan umat Katolik saat ibadat sore atau ibadat penutup setiap hari di masa pra paskah.
Lagu yang menggugah untuk merenung dan introspeksi diri dalam kontemplasi keheningan batin.
Keheningan batin untuk menemukan jati diri sebenarnya siapa diri ini.
Manusia hanyalah setitik debu di jagat raya dalam kemahakuasaan Allah yang tak terbatas. Tak ada yang perlu dibanggakan atas diri manusia selain merasa kecil seperti debu. Dari debu manusia kembali menjadi debu. Â
Terlalu membanggakan diri bahkan jatuh dalam kesombongan hanya membuat manusia terpuruk dalam kenistaan.
Koyaklah hatimu dan bukan bajumu. Demikian sabda Sang Ilahi mengajak kita untuk bertobat dan kembali ke jalan yang dikehendaki Sang Ilahi dengan kerendahan hati.
Bertobat bukan sekedar menyesali perbuatan masa lalu yang jauh dari tuntunan Allah tetapi juga menjauhi perbuatan ingkar.
Bukan pula berarti menunjukkan kesalehan kita dihadapan orang. Seperti orang-orang munafik yang berdoa di pinggir-pinggir atau di persimpangan jalan. Tak perlu menunjukkan kelesuan wajah saat berpuasa.
Hari ini Rabu Abu, kita umat Katolik memasuki masa Pra Paskah. Selama empat puluh hari diajak bertobat dengan pantang dan puasa.
Pantang dengan mengurangi atau tidak melakukan segala sesuatu yang hanya menyenangkan diri. Berpuasa dengan makan kenyang cukup sekali dalam sehari. Serta membangun sikap penuh perhatian pada sesama dalam aksi puasa pembangunan atau APP.
Hanya debulah aku di alas kakiMu Tuhan.
Tak ada yang perlu dibanggakan atas semua yang dilakukan selama masa pantang dan puasa. Seperti sabda Allah lewat Matius 6: 3 "Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang dilakukan tangan kananmu."
Biarlah Tuhan sendiri yang mengetahuinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H