Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pesawat Jet Tempur Rafale, Sukhoi 35, F-15, dan Tempe

1 Maret 2022   06:31 Diperbarui: 1 Maret 2022   10:18 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:airspace-review.com

Gonjang-ganjing harga kedelai hampir setiap tahun selalu memukul pengrajin tahu dan tempe tradisional di negeri kita. Lebih dari 25 tahun ini permasalahan kedelai tidak pernah terselesaikan secara tuntas dengan berbagai alasan yang menyertainya. 

Awal Februari 2022 harga kedelai kembali naik luar biasa. Heboh lagi. Alasan sekarang karena China memborong lebih kurang 100 juta ton atau sekitar 60% kebutuhan kedelai dunia untuk pakan babi yang menjadi andalan peternakan dalam negeri China. 

Indonesia yang hanya bisa menghasilkan 300 ribu ton dari kebutuhan nasional sekitar 2,5 juta ton menjadi kelimpungan karena sangat tergantung pada Amerika Serikat yang memasok hampir 80% kebutuhan nasional.

Namun kali ini pihak eksportir Amerika lebih suka menjual ke China untuk mengimbangi defisit yang sangat besar. 

Seperti diketahui, Amerika kalah dalam perang dagang dengan China. Bahkan defisit neraca perdagangan Amerika mencapai 317 milyar dollar AS pada akhir 2020.

0 0 0

Sejak 80an neraca perdagangan Indonesia - Amerika Serikat selalu surplus, bahkan sejak 2014 selalu di atas 1 M dollar AS. 

Pada Desember 2021 tercatat ekspor Indonesia ke AS mencapai 2,6 M dollar AS. Sedang impor dari AS hanya sekitar 944,8 juta dollar AS. Artinya surplus neraca perdagangan dengan AS sekitar 1,7 M dollar AS.

Untuk mengimbangi  neraca perdagangan yang kurang berimbang ini, AS meminta Indonesia membeli kedelai AS. 

Sebuah permintaan yang tak dapat ditolak sehingga pasokan kedelai tak pernah lepas dari AS untuk menjaga ekspor Indonesia ke AS tetap aman tanpa ada pembatasan untuk produk tertentu, misalnya garmen. Maka bisa dimaklumi, jika pemerintah kurang serius meningkatkan produksi kedelai nasional.

0 0 0

Diangkatnya Prabowo mantan Pangkostrad sebagai Menteri Pertahanan oleh Jokowi sangat mengejutkan AS. 

Sebab Prabowo pernah dicekal masuk AS karena dianggap melanggar HAM dengan penculikan atas aktifis demokrasi pada 1997 menjelang lengsernya Soeharto. Sehingga pada saat itu pula Indonesia mendapat hambatan untuk memperbarui alutsistanya.

Aneksasi Timor Timur oleh Indonesia dengan menjadikan provinsi ke 27 juga membuat AS geram yang pada akhirnya menjatuhkan embargo alutsista kepada Indonesia. Sehingga Indonesia sulit memperbarui persenjataannya dan cukup tertinggal jauh dengan negara tetangga. 

Bahkan dengan Singapura, negara kecil di barat laut Indonesia yang memiliki 100 buah jet tempur F-15!

Ditambah lagi, setelah peristiwa penculikan aktifis demokrasi pada 1997, Prabowo masuk daftar dilarang masuk Amerika Serikat sekali pun kini tidak lagi.

Indonesia pun membeli pesawat satu skuadron jet tempur Sukhoi 27 dan 30 dari Rusia. Selain untuk memperbarui alutsista juga untuk mengimbangi intimidasi China di Natuna dan LTS - Laut Tiongkok Selatan.

Hal ini tentu saja membuat gelisah AS yang tak ingin melihat kemesraan Indonesia dengan Rusia seperti pada masa Bung Karno dengan Uni Soviet dekade 60an.

0 0 0

Satu skuadron SU 27 dan SU 35 tidaklah memenuhi kebutuhan untuk menjaga kedaulatan negara dirgantara. Indonesia pun berencana membeli lagi yang lebih canggih yakni SU 35. 

Amerika pun geram maka mengeluarkan ancaman lewat CAATSA (Countering America's Adversaries Through Sanctions Act) sebuah aturan yang memberi sanksi kepada negara mitra AS yang akan membeli pesawat dan persenjataan dan teknologi militer ke Rusia lawan AS.

Penandatanganan pembelian Rafale Sumber: indomiliter.com
Penandatanganan pembelian Rafale Sumber: indomiliter.com

Indonesia yang tak ingin semakin tertinggal dalam alutsista pun melirik ke Perancis dan bisa membeli 6 pesawat jet tempur Rafale serta akan menambah lagi menjadi 42 buah. Hal ini membuat heboh sebab harga pesawat ini sangat mahal, sekitar 115 juta dollar AS per buah.

Sekali pun yang dibeli pesawat jet tempur Perancis yang anggota NATO, Amerika Serikat kembali sedikit geram mengingat neraca perdagangan Indonesia-Perancis juga defisit luar biasa, di mana Perancis pada akhir 2021 mengalami surplus sebesar USD 411 juta. 

Produk Perancis yang membanjiri Indonesia termasuk jenis high end market atau produk dengan branded untuk kalangan atas seperti tas, sepatu, dan baju.

Amerika yang neraca perdagangannya defisit dengan Indonesia pun akhirnya membuka kran untuk menjual sebanyak 36 unit pesawat jet tempur F-15 buatan Boeing dengan harga 88,7 juta dollar AS. Total harga 36 unit F-15 seharga 200 trilyun rupiah.

Lewat penjualan jet tempur F-15 buatan Boeing bisa menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia-Amerika sekalipun masih belum diumumkan secara resmi sistem pembayarannya. Di sisi lain mengimpor kedelai ke China untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan China namun memukul Indonesia.

Geopolitik dan ekonomi secara regional dan internasional ternyata bisa memukul pengusaha tempe di Indonesia.

- - - 

Diolah dari berbagai sumber: 

Kontan.co.id, Kompas.com, Kompas.id, KompaTV, medcom.id, bps.go.id, CNBC Indonesia, dan lokadata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun