Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buku Sebagai Sumber Pengetahuan yang Mencerahkan

5 Februari 2022   22:26 Diperbarui: 5 Februari 2022   22:28 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku sebagai sumber pengetahuan memang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia yang ingin maju demi kualitas hidup yang lebih baik. 

Namun sejauh mana buku mempengaruhi pandangan hidup dan perilaku seseorang tergantung bagaimana ia memaknai isinya sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing. 

Pengalaman bersama keluarga, masyarakat, dan pendidikan formal yang didapatnya.

Di luar buku pelajaran sekolah, saya mengenal buku sebagai bacaan adalah majalah bahasa Jawa atau pawarti Penyebar Semangat pada saat masih TK sekitar tahun 63. Bacaan kedua majalah anak-anak Si Kuncung yang kubaca dari 67 saat masih SD hingga 84 saat sudah menjadi guru SD. 

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Bacaan ketiga kukenal langsung koran ternama Kompas pada  tahun 69 saat masih duduk kelas 5 SD. Saat duduk di bangku SMP mulai mengenal majalah Selecta, Ria, D&R, Tempo, dan HAI.

Pendidikan budi pekerti dapat saya raih dari majalah Si Kuncung dan Penyebar Semangat. Di tambah lagi pengaruh kehidupan masyarakat perdesaan yang demikian kental dan sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan kekerabatan. Sekali pun pada saat itu terpecah dengan peristiwa G30S yang memporak-porandakan dengan terjadinya saling mencurigai dan menuding demi keselamatan diri agar tidak terciduk apalagi bisa berakibat dikirim ke Pulau Buru.
Peristiwa inilah yang membuat saya gemar membaca Kompas. 

Di sisi lain berdirinya orde baru di luar kontrol yang menyebabkan korupsi besar-besaran, peristiwa Sum Kuning, dan Malari yang heboh membuat terpengaruh membaca Tempo yang baru berumur jagung.
Tiga peristiwa terakhir ini begitu mempengaruhi pandangan hidup betapa kerasnya kehidupan masyarakat kota dan perpolitikan di negeri ini.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Pembersihan akar-akar PKI bukan hanya hingga akhir 60an tetapi juga masih berlangsung hingga akhir 80an. Korban pemecatan dari PNS dan ABRI pun masih berjatuhan bahkan setelah peristiwa pembebasan para tahanan politik pada 78.
Kekejaman orde baru dan kaum penjilatnya dengan isu-isu PKI yang membuat banyak orang tersisihkan dan terbuang mempengaruhi bahwa hidup bukan hanya untuk suatu kedudukan dan jabatan tetapi memahami bagaimana hidup di tengah badai dan peristiwa.

Lewat kisah-kisah di atas saya pun kembali melongok keindahan, ketenangan, dan kedamaian hidup sesuai dengan pandangan masyarakat perdesaan yang sederhana seperti yang digambarkan oleh majalah Si Kuncung dan Penyebar Semangat.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Kisah dan cerita para tokoh sejarah masa kerajaan dan wayang yang dimuat di majalah tersebut membuka mata hati bahwa kerasnya kehidupan dengan ontran-ontran yang silih berganti ternyata terjadi sejak jaman dulu.

Tergantung bagaimana menyikapi dan di mana kita menempatkan diri. Mau menjadi Sengkuni dan Arya Wiraraja yang suka mengadu domba. Menjadi Bisma atau Durna orangtua yang seharusnya menjadi teladan tetapi tidak bersikap bijaksana dan mati pelan-pelan merasakan penderitaan.

Kita terlahir dari dua orang tetapi dibentuk oleh banyak orang dalam lingkungan luas yang memberi pengalaman tetapi juga oleh buku yang memberi pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun