Imlek sebagai peristiwa budaya bukan hanya dirayakan dalam dunia profan atau hal yang bersifat duniawi belaka. Sebagai bagian budaya Imlek juga dipahami sebagai sebuah kegiatan dalam kebersamaan dengan semangat persaudaraan penuh kasih. Di mana yang lebih muda menghormati orangtua dan sebaliknya orangtua juga menghargai putra-putrinya serta berbagi sebagai ungkapan menyintai sesama manusia. Demikian diungkapkan oleh Pastor Aloysius Baha, SVD dalam renungan misa tadi pagi di Gereja Paroki Santa Maria Ratu Rosari Keuskupan Malang.
Pada perayaan Imlek 2573/ 2022, Gereja Paroki Santa Maria Ratu Rosari bersama umat yang merayakan Imlek mengadakan mengikuti misa harian pagi dalam perayaan sakramen ekaristi inkulturasi Tionghwa.Â
Umat yang hadir memang bukan hanya dari keturunan etnis Tionghwa saja tetapi seperti misa pagi biasa yang hadir dari seluruh umat. Termasuk para biarawati dan kaum muda Katolik. Hanya saja kali ini banyak yang memakai pakaian dalam nuansa merah.
Selesai misa pagi, seluruh umat yang hadir diajak sarapan bersama dengan sajian menu sederhana namun penuh keakraban. Tawa ceria dan senyum gembira mengucapkan selamat hari raya Imlek kepada umat yang merayakan dengan disambut pula dengan ucapan terima kasih.Â
Kegembiraan dan kebahagiaan terpancar bukan karena adanya sajian makanan tetapi karena sudah dua tahun tidak dilaksanakan karena pandemi Covid-19. Puji Tuhan, awal 2022 pandemi sudah melandai namun demikian perayaan ekaristi dalam inkulturasi Imlek tetap dijalankan dengan mematuhi protokol kesehatan. Memakai masker dan menjaga jarak adalah wajib.