Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jaman Edan: Wewe Gombel Membuang Anaknya

27 Januari 2022   13:49 Diperbarui: 27 Januari 2022   14:27 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampai senja tetap tak ketemu Wewe gombel. Dokumen pribadi.

Ki Ronggo Warsita salah satu pujangga terbesar dari tanah Jawa dalam salah satu karyanya mengatakan: amenangi jaman edan, ora edan ora keduman. Artinya hidup di jaman yang gila, bila tidak ikut gila tidak akan mendapat bagian.

Apakah sekarang jaman edan atau jaman gila? Silakan menaksirkan sendiri dari kehidupan masa kini.

Banyak pengusaha,pejabat, dan aparat yang terciduk operasi tangkap tangan atau OTT karena kasus korupsi dan penyuapan. Toh masih banyak yang melakukan.

Banyak artis, selebritis, selebgram, dan juga pejabat tertangkap karena kasus kepemilikan dan pemakaian narkoba, toh masih banyak yang melakukan.

Enggak perempuan muda enggak tua menari dengan pakaian seronok joged bergaya sensual dan hots lalu diumbar di media sosial.

Nah yang terakhir ini membuat mengelus dada tapi saya juga senang kok menontonnya. 🤓🤫

Wah berarti saya juga edan ya? Apa yang dikatakan Ki Ronggo Warsito sulit dilepaskan dari kehidupan kita saat ini. Termasuk saya sendiri.  Walau tidak sepenuhnya edan. Masih banyak warasnya. Kadang kumat kadang tobat.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

0 0 0

Ramai pernyataan seseorang yang mengatakan Kalimantan Timur tempat jin membuang bayinya juga menunjukkan bahwa saat ini memang jaman edan. Setidaknya bagi sebagian orang yang gagal paham menikmati kehidupannya.

Apa bener ada jin membuang anaknya?

Kala masih kecil, orangtua terutama ibu atau emak jika turun hujan padahal cuaca sedang terang maka menyuruh anak-anaknya segera masuk rumah dan tidak boleh bermain di luar. Alasannya ada wewe gombel manak. Wewe gombel adalah hantu perempuan berwajah jelek dan kotor dengan rambut awul-awul atau gimbal.

Konon, menurut para ibu atau emak-emak, hujan turun di saat cuaca terang merupakan air mata wewe gombel yang sedang menangis. Menangis sedih karena anaknya dibuang oleh suami wewe gombel. Entah apa alasannya anaknya kok dibuang. Mungkin suami wewe gombel tidak ingin punya anak sejelek dirinya. Si orok wewe gombel ini dibuang di bawah rerimbunan pohon bambu.

Sampai senja tetap tak ketemu Wewe gombel. Dokumen pribadi.
Sampai senja tetap tak ketemu Wewe gombel. Dokumen pribadi.

Mendengar pesan dari para emak, anak-anak desa yang lugu tentu saja manut dan percaya. Tapi kadang ada juga yang ndableg seperti saya. Suatu saat bersama teman-teman menyusuri rerimbunan rumpun bambu untuk mencari sosok wewe gombel yang menangis tersebut. Tentu saja tak pernah menemukan.

Amenangi jaman edan, ora edan ora keduman.

Mengenang kisah masa lalu memang menarik. Mengikuti jaman edan sekarang ini juga menarik. Ikut edan sedikitlah untuk mengetahui sampai di mana kewarasan kita.

Beberapa hari ini, siang hingga sore hari sering turun hujan. Bahkan juga turun hujan saat cuaca terang. Hujan kiriman. Mendung di sana lalu menjadi hujan dan terbawa angin turun di sini.

Pada saat ini kadang kewarasan saya sedikit berkurang lalu bertanya dalam hati 'barangkali ada wewe gombel melahirkan'.

Mumpung sedang gowes, maka otak yang berpikir tanpa menggunakan hati pun berusaha mencari wewe gombel di sepanjang perjalanan gowes di pinggiran sungai dan sawah.

Apakah ketemu dengan wewe gombel? Ketemu. Tapi dalam kisah yang diutarakan oleh seseorang yang gagal menggunakan hati.

Apa enggak edan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun