Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Pulau Karang Tangguh di Tepi Samudera

29 November 2021   12:33 Diperbarui: 29 November 2021   13:11 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di antara gugusan karang atau atol di barat Pulau Sempu, Malang ada dua atol yang tinggi menjulang. Sekali pun puluhan kali saya berperahu mengitari sekitar 100-200 m dari pulau karang ini namun belum pernah tahu namanya.

Dua pulau karang ini berjarak sekitar 3 mil laut dari pantai barat Pulau Sempu atau sekitar 2 mil laut dari bibir pantai terdekat Pantai Sendang Biru, Malang.

Setiap kali meminta perahu sewaan, para nelayan enggan mengabulkan karena di sekitar dua atol ini banyak karang kecil yang tertutup ombak besar pantai selatan yang ganas. Salah perhitungan arah angina bisa mengkandaskan dan membuat karam perahu. Kemungkinan besar penumpangnya bisa menjadi kenangan memilukan.

Badai laut selatan hampir tiap hari di musim hujan menghantamnya. Gelombang samudra dan ombak lautan tentu setiap hari menghujam mereka dan menimbulkan gelora luar biasa. Tetapi mereka tetap berdiri tegak, kokoh, dan tampak ada perubahan sedikit pun selama puluhan tahun saya lihat.

Inilah yang membuat saya sangat tertarik akan kekuatan mereka. Seperti para Kompasianer lawas yang tangguh tak bergeming menghadapi gelombang dan badai yang terjadi. Terus menulis dan menulis ketika beberapa pendatang baru silih berganti muncul.

Pendatang baru seperti komet atau meteor yang memberi keindahan Bima Sakti saat malam hari yang cerah. Banyak yang kagum dan terpanah. Namun sekejap mereka hilang di ambang batas gelap dan jauhnya angkasa raya. Semoga saja mereka menerangi dan membawa keindahan di tempat lainnya.

Tak harus menjadi bintang kejora untuk menerangi malam. Tak perlu menjadi meteor yang membawa sinar di belakangnya untuk memberi keindahan angkasa saat malam hari. 

Menjadi salah satu bintang kecil yang selalu berkedip di gugusan Bima Sakti akan lebih indah daripada meteor di balik cakrawala gelap.

Pulau karang kecil dan tangguh memberi keindahan dan pesona tersendiri di tengah laut lepas. Itulah sedikit kompasianer lawas yang selalu dan selalu menulis dalam segala cuaca.

Urip iku urup. Hidup itu memberi semangat dan menginspirasi bagi yang lain. Seperti dua atol kecil di samudara atau seperti bintang kecil di gugusan bintang Bima Sakti.

Bukan setitik embun yang bekerlip karena memantulkan sinar mentari. Lalu sekejap hilang menguap karena sinar mentari pula.

Embun yang bersinar sekejap lalu menguap. Dokumen pribadi.
Embun yang bersinar sekejap lalu menguap. Dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun