Jalur ketiga, Ranu Pani-Wana Wisata Siti Sundari sejauh 26 km dengan struktur beton dilapisi aspal dan banyak yang terkelupas. Jalur ini merupakan belantara lereng utara dan timur Gunung Semeru dengan lebar jalan antara 2,5-4 m saja. Hampir tidak ada jurang tetapi jalan menurun hingga 30 derajat.
Jalur tengah ini masih sangat sepi, berpapasan dengan kendaraan dari depan sekitar setiap 5-7 menit sekali. Bahkan, jika kita berani berhenti sejenak untuk berselfiria biasanya kendaraan yang berpapasan dan melihat dari jauh segera memacu dengan cepat. Mungkin takut.
Setelah melewati Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, perjalanan dari Wana Wisata Siti Sundari, Lumajang hingga memasuki hutan Gumitir, Banyuwangi merupakan jalur yang membosankan. Cenderung lurus dan halus sehingga banyak kendaraan umum yang ugal-ugalan.Â
Setidaknya tiga kali penulis disasak dari kanan oleh bis dari depan sehingga harus menyusur ke kiri sambil ngomel-ngomel mengumpat dalam hati semoga sopirnya bertobat.
Sekitar jam 9 malam, kami baru sampai di sisi barat hutan Gumitir, Kalibaru Banyuwangi. Padahal berangkat dari rumah sekitar jam 10.15 pagi. Artinya sudah menempuh perjalanan sekitar 11 jam dari waktu sebenarnya sekitar 7 jam. Maklum dari Jatiroto, Lumajang hingga Pasar Tanjung, Jember kami basah kuyub kehujanan. Sebenarnya sudah siap dengan membeli jas hujan sebelum berangkat, tetapi ketika dibuka akan dipakai hanya berisi jaket tanpa celana.
Istirahat di Jember pada 18.30-19.00 hanya sekitar 30 menit untuk menghangatkan diri dengan menyantap soto.
Jalur hutan Gumitir yang sepi selain beberapa sepeda motor dan iringan puluhan praoto memuat tebu yang berjalan lambat karena jalan berkelok, menanjak, dan gelap. Terpaksa kami hanya mengikuti dari belakang saja. Beberapa kali berusaha untuk menyalip namun iringan praoto tak memberi kesempatan. Ketika mau ambil kanan atau pun kiri mereka langsung menutup. Sepertinya mereka harus menjaga jarak aman dengan praoto-praoto di depannya dan sangat berbahaya jika kami harus berada di antaranya.