Pada 7 November 2008, UNESCO menetapkan bahwa wayang sebagai World Master Piece of Oral and Intangible Heritage Humanity yang kemudian diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Wayang Dunia.
Banyak cara bangsa Indonesia merayakan Hari Wayang Dunia, mulai dari selamatan atau kenduri ucapan syukur, mengenalkan tokoh-tokoh pewayangan kepada anak-anak usia dini, dan mengadakan pertunjukan wayang kulit.
Pada perayaaan Hari Wayang Dunia 2021, Padepokan Seni Mangun Dharmo di Desa Tulus Besar, Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang, sebagai salah satu komunitas seniman, budayawan, dan pemerhati budaya mengadakan pagelaran wayang kulit dengan menampilkan tujuh dalang sekaligus secara bergantian.
Pagelaran yang cukup unik dengan lakon Lahirnya Abimanyu sengaja mengangkat dan memberi kesempatan pada dalang-dalang muda hasil didikan Ki Sholeh Adi Pramono selaku pandega padepokan. Serta gemblengan Ki Supriyono sebagai salah satu pelatih di padepoakn tersebut.
Dalang-dalang muda ini mulai dari yang termuda yang berusia 5 tahun, kelas 4 SD, kelas 5 SD, siswa SMK, mahasiswa ISI jurusan pedalangan, serta dalang dewasa dari LESBUMI NU, dan terakhir dalang senior yang juga lulusan ISI.
Dalang pertama, Ki Arda Maulana Tristantyo. Usia 5 tahun masih duduk di PAUD. Dia merupakan cucu dari Ki Sholeh Adi Pramono.
Dalang kedua, Ki Agung Wahyu Hadi Wibowo kelas 5 SD.
Dalang ketiga, Ki Zulfikar Nurhasim kelas 4 SD.
Dalang keempat, Ki Muhammad Anwarudin pelajar SMK.
Dalang kelima, Ki Randi Dipa Nalendra. Merupakan anggota Lesbumi Nadhatul Ulama Poncokusumo, Malang.
Dalang keenam, Ki Adimas Cahyo. Mahasiswa ISI.
Dalang ketujuh, Ki Bambang Supriyono. Lulusan ISI dan merupakan dalang senior di Padepokan Seni Mangun Dharmo.
Seperti biasanya pula, untuk sinden juga menampilkan dua sinden milenial, yakni: Kartika Cahaya dan Marselya Tristanti mahasiswa Universitas Negeri Malang. Mbak Kartika mulai menjadi sinden saat masih kelas 2 SMP sedang Mbak Marselya sejak kelas 1 SMA.
Demikian juga para wiyaga yang merupakan kaum muda dari desa sekitarnya. Hanya satu wiyaga lansia yang bergantian menabuh kendang dan bonang panerus.
Pagelaran ini bukan sekedar untuk merayakan Hari Wayang Dunia tetapi juga ucapan syukur para seniman dan budayawan Malang atas Penghargaan Wayang Kulit Gagrak Malangan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Acara yang dimulai pada pukul 12.30 WIB dan berakhir pada 18.15 WIB hari ini, berlangsung meriah. Puluhan budayawan, seniman, dan pemerhati budaya dan tokoh-tokoh masyarakat ikut serta dalam syukuran kali ini. Kehadiran Drs. H. Didik Gatot Subroto, SH sebagai wakil bupati Malang untuk memberi sambutan cukup menambah semangat para dalang muda dan para orangtua mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H