Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenduri Malam Menjelang Pemberkatan Perkawinan di Desa Grajagan, Banyuwangi

27 Oktober 2021   18:25 Diperbarui: 27 Oktober 2021   18:34 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pepatah Jawa berbunyi: desa mawa cara negara mawa tata. Dalam bahasa Indonesia berbunyi: lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Artinya setiap daerah mempunyai adat istiadat sendiri, berbeda satu sama lain. Sekali pun dalam satu wilayah dan satu suku.

Akhir September yang baru lalu, saya mendapat kehormatan untuk memimpin upacara kirim doa bagi leluhur untuk persiapan perkawinan di sebuah keluarga di Grajagan, Banyuwangi. Sama seperti wilayah pesisir selatan Jawa Kencong, Pasirian, Dampit, Tumpakrejo, Donomulyo, Wlingi daerah Jawa Timur hingga Wonosari di Jawa Tengah  dalam acara ritual tradisional selalu menggunakan bahasa Jawa. Khususnya di daerah perdesaan.

Sorotan penulis kali ini bukan sekedar pada ritualnya yang sepenuhnya menggunakan adat Jawa yang  dipimpin oleh seorang sesepuh. Tetapi juga tentang pembagian hidangan kenduri bagi para tamu yang merupakan para tetangga satu yang punya hajat.

Seperti biasa di mana pun selesai penyampaian ujub keluarga dan doa bersama, acara kenduri diakhiri dengan makan bersama lalu tiap undangan pulang membawa juga berkat atau sewadah nasi lengkap dengan lauk pauknya serta diberi kue. Selain masih diberi tambahan dari nasi tumpeng yang disediakan oleh tuan rumah. Ada juga yang tidak mendapat suguhan makan bersama tetapi saat pulang diberi sewadah nasi lengkap dengan lauk pauknya.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Demikian juga di Desa Curahjati, di selatan Banyuwangi. Para undangan disuguhi makanan tradisional tetapi tidak untuk dimakan bersama di tempat tersebut. Makanan akan dibagi oleh beberapa orang tergantung dari jumlah undangannya.

Bedanya, dari rumah para undangan membawa wadah sendiri. Ada yang membawa baskom, bakul, nampam, bahkan panci rice cooker. Tidak ada yang membawa piring sebab terlalu kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun