Gerakan-gerakan dinamis yang rancak dan sering menghentak yang merupakan ciri khas gaya Jawa Timur, Meme menari begitu memukau.Â
Luar biasanya, ia bukan sekedar menari tetapi juga melantunkan tembang campursari Jawa Timuran di tengah penampilan tarinya. Sebuah tembang yang berisi nasehat bagi masyarakat.
Biasanya, hanya pesinden dewasa profesional yang lancar melakukan hal ini. Ternyata, Meme sejak kelas 2 SD telah mendapat bimbingan dan pelatihan dari ibunya yang mantan seorang pesinden.
Ayahanda Meme sendiri seorang panjak penabuh kendang profesional dan sering tampil mengiringi campursari, ludruk, dan wayang kulit. Bahkan juga mengiringi penampilan sebuah komunitas tembang Jawa gerejawi. Di antaranya sering mengiringi paduan suara di Gereja Katolik St. Â Maria Annuncyata, Lodalem Kabupaten Malang.
Meme yang telah menguasai banyak tarian tradisional, tembang campursari Wetanan atau Jawa Timuran dan Banyuwangen juga sudah bisa nyinden atau menjadi pesinden.
Ditemani oleh ibunda dan kepala sekolah SMPK Arjowilangun, Â ketika ditanya Meme mengatakan ingin menjadi seorang penari handal dan profesional.
Usianya yang masih begitu belia tentu masih banyak kesempatan yang bisa diraih. Dan kita wajib memberi kesempatan itu kepada kaum muda untuk mengembangkan seni tradisional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H