Menulis berita negatif atau hal yang bersifat pesimis saya selalu berusaha menghindari walau kadang terjebak pada istilah 'berita buruk adalah berita baik'. Memang selama satu bulan ini ada beberapa berita kurang mengenakkan namun daripada membuat heboh saya menulis lewat puisi dengan harapan pembaca bisa mengerti yang tersirat bukan sekedar yang tersurat.
Pada hari ini pun saya kembali terpaksa menulis berita kurang baik namun bukan mengajak pesimis akan kehidupan tapi sekedar untuk ikut merasakan betapa dinamika kehidupan petani kadang harus prihatin.Â
Suburnya lahan dan hasil pertanian kadang membawa keuntungan yang luar biasa  namun kadang hasil yang melimpah ruah juga membawa kerugian yang amat besar. Hukum ekonomi. Hukum pasar. Pasokan melimpah permintaan sedikit harga terjun bebas.
Dalam enam bulan terakhir fluktuasi harga sayur termasuk tomat dan cabai begitu tajam. Jika harian masih bisa dimaklumi. Bila harga jatuh dalam hitungan lebih dari seminggu dimana melampaui usia masa panen maka jalan satu-satunya adalah tidak dipetik atau dibiarkan saja dan dijadikan benih.
Tadi pagi, saya melihat sekitar 15 hektar tanaman sawi, 3 hektar tanaman kenikir, 1 hektar bayam, dan dua hektar cabai merah besar terpaksa tidak dipanen karena harga jatuh. Salah empatnya yang dikelola bersama penulis dalam lima bulan terakhir dengan kerugian sekitar enam puluh juta!
Sedih? Tentu saja walau burung layang-layang menghibur dengan pekikannya lembut kala melintas di atas kepala penulis saat meninggalkan sawah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H