Desa Ngadas, merupakan desa yang berada paling ujung timur Malang merupakan satu-satunya desa masyarakat Suku Tengger yang masih secara sempurna melaksanakan ritual adat istiadat tradisional dibandingkan dengan masyarakat Suku Tengger lainnya yang cenderung seremonial.
Perubahan drastis sosial ekonomi semenjak lima belas tahun terakhir dengan dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata dan pembangunan infrastruktur terutama jalan yang dulu makadam dan cor blok selebar 2.5 m dan kini menjadi jalan aspal halus selebar 6m lengkap dengan rambu-rambu dan mulai minggu lalu dibuat marka jalan, serta meningkatnya hasil pertanian tidak serta merta menghilangkan tradisi.
Bila pada awal 2000, saya masih satu-satunya yang mendokumentasikan segala kegiatan dengan kamera analog. Maka kini pemuda yang memiliki kamera DSLR atau mirorless dan drone sudah cukup banyak. Demikian juga yang memiliki smartphone mutakhir, mobil SUV 2.000 cc, laptop, dan PC yang dilengkapi dengan wifi dengan kecepatan 20-30 mbps.
Perubahan memang tak mungkin bisa dicegah, namun ada yang cukup menyedihkan sekarang sudah tidak ada lagi rumah tradisional berdinding kayu cemara atau pinus. Justru yang paling banyak dan hampir 80% rumah-rumah di Desa Ngadas merupakan rumah bertingkat tiga dengan gaya masa kini.
Bagaimana perkembangan selanjutnya akibat pembangunan infrastruktur secara luar biasa untuk semakin meningkatkan perekonomian? Mulai awal bulan Agustus 2021 sudah disiapkan pembangunan kereta gantung dengan mengorbankan beberapa hektar hutan. Akankah ritual-ritual sakral tinggal kenangan dan hanya menjadi sebuah acara seremonial belaka? Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H