Kembali seuntai senyuman merekah di hadapanku kala kau datang tanpa memberitahuku. Itulah sapaan yang sering kau ucapkan tanpa sebuah aksara apalagi kata.
Aku pun hanya diam menunggu tanpa mengulurkan tangan menyambutmu.
Kita sama-sama terpaku dalam bisu walau hati berseru ingin saling berpeluk.
Degup jantungku pun makin menderu saat kau ulurkan tanganmu berharap sambutanku.
Kupandang ragu sayunya tatapanmu yang tak pernah kumengerti. Seperti lebah yang menari-nari bersama bunga-bunga kuning sawi lalu pergi bersama bayu tanpa memberi madu pada diriku.
Aku tak tahu apakah kau jodohku seperti harapan ibumu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H