Orang-orang segera tanggap.
"Tahan dia! Cepat!"
Asih berlari sepanjang gang kumuh yang sesak menabrak segala macam barang. Jemuran jatuh, ember menggelinding, kandang ayam jebol, ayamnya kabur kian kemari. (Antologi Cerita Pendek karya Seno Gumira Ajidarma di Harian Kompas 1978-2013, halaman 348)
0 0 0
Gambaran nyata kehidupan lorong-lorong sempit perkampungan kumuh di sudut-sudut Jakarta disodorkan Seno Gumira Ajidarma. Pembaca, termasuk saya yang tak pernah ke Jakarta pun bisa membayangkan keadaan kehidupan kaum pinggiran Jakarta yang kejam, apalagi saat itu kadang masih juga diramaikan dengan peristiwa penembakan misterius terhadap para preman yang meresahkan masyarakat. Memang keadaan kehidupan Jakarta saat itu banyak tersaji oleh media-media cetak yang banyak terbit di Jakarta. Kehidupan Jakarta yang kejam dan penuh kemunafikan?
0 0 0
"Apa kabar Sukab?"
Istrinya bertanya perlahan sambil mengembuskan asap rokok dari mulutnya. Kuku jarinya tangannya telah berwarna merah menyala. Dan bibirnya telah dipoles lipstick habis-habisan. Sukab berdiri kaku dengan mulut ternganga.
Bibirnya, ya bibirnya itu. Bibir yang begitu merah, basah, dan setengah terbuka... seperti bibir Maya! (Antologi Cerita Pendek karya Seno Gumira Ajidarma di Harian Kompas 1978-2013, halaman 354)
0 0 0
Siapa Maya? Pembaca bisa mengetahui dengan membaca Antologi Cerita Pendek karya Seno Gumira Ajidarma di Harian Kompas 1978-2013 yang diterbitkan oleh Kompas Penerbit Buku. Sebuah antologi dengan judul Senja dan Cinta yang Berdarah mengingatkan kembali karya-karya terbaik Seno Gumira Ajidarma yang penulis kliping selama berpuluh tahun dan telah aus kini tergantikan antologi ini.