Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sering Kami Malu pada Warga Desa

22 Maret 2021   09:40 Diperbarui: 22 Maret 2021   20:38 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap dua hari kami sekali ke sawah dengan bersepeda, selain untuk bekerja juga mencari hiburan serta menjaga kesehatan. Kadang ada rasa senang kala bisa melewati jalanan yang licin dan sempit atau jalanan terjal yang menantang. Tetapi sering juga rasa senang itu menjadi sirna jika bertemu para petani yang berangkat bekerja dengan bersepeda. 

Sepeda yang mereka gunakan sungguh sangat sederhana, sepeda onta atau sepeda jengki yang kurang perawatan karena rantai yang hampir tak pernah diolesi pelumas. Kadang jika dikayuh berbunyi kriyet...kriyet. Namun demikian mereka seperti tak peduli dengan tetap mengayuh sekali pun dengan beban berat di jalanan menurun atau menanjak. Jauh berbeda dengan sepeda para goweser yang harganya di atas dua juta atau ada juga yang di atas 100 juta serta pemakainya menggunakan perlengkapan keselamatan yang lengkap.

Masih mengayuh. Dokumen pribadi
Masih mengayuh. Dokumen pribadi
Turun dan menuntun sepedanya sekali pun kami sudah minggir. Dokumen pribadi
Turun dan menuntun sepedanya sekali pun kami sudah minggir. Dokumen pribadi
Memberi kesempatan pesepeda. Dokumen pribadi
Memberi kesempatan pesepeda. Dokumen pribadi
Pesepeda sejati. Dokumen pribadi.
Pesepeda sejati. Dokumen pribadi.
Rasa malu sering juga timbul jika berpapasan dengan mereka di jalanan sempit atau pematang, rasa menghargai mereka terhadap pengguna jalan yang lain begitu besar. 

Mereka langsung turun dan menuntun sepedanya lalu dengan tersenyum menyapa kami dan sekali pun kami sendiri sudah turun dulu dan minggir memberi kesempatan.

Kami pun membalas senyuman dan sapaan mereka. Sopan santun semacam ini juga dilakukan mereka yang berjalan kaki maupun yang naik sepeda motor di jalanan sempit. Bahkan pada saat mereka melihat kami sedang istirahat di tepi pematang, mereka langsung turun dan menuntun sepedanya sambil mengucapkan: "Nyuwun sewu...." Permisi.....

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Goweser desa yang ramah. Dokumen pribadi
Goweser desa yang ramah. Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Kala melewati sebuah jalanan tanah tanpa pengerasan batu di pinggiran desa dan hutan, sering juga rasa bangga sirna bila berjumpa dengan anak-anak kecil di desa yang dengan lincahnya menyusuri menggunakan sepeda mini dan BMX. Mereka tampak begitu gembira menikmati alam yang menantang dan indah. 

Demikian juga saat melintasi jalanan beraspal yang tak begitu menantang, ternyata sering juga bertemu warga desa yang juga mengikuti tren bersepeda sekali pun tanpa perlengkapan keselamatan tetapi jika dilihat jenis dan merek sepedanya ternyata harganya di atas milik kami. 

Pernah juga bertemu dengan penggembala bebek di perdesaan yamg memakai jersey gowes. Ternyata di saat bebeknya dilepas mencari makan di sawah yang telah dipanen, untuk menghilangkan kejenuhan gembala bebek ini bergowes ria keliling desa secara bergantian sambil mencari lahan baru untuk menggembalakan bebek selanjutnya jika sawah yang sekarang akan diolah kembali.

Pesepeda sejati. Dokumen pribadi.
Pesepeda sejati. Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Atas dasar pengalaman inilah, rasa rendah hati perlu dikedepankan bila bersepeda di perdesaan. Sebab dalam kesederhanaan masyarakat desa tersembunyi kelebihan yang mungkin tak dimiliki pesepeda dari kota yang sering offroad. 

Saling menyapa dan memberikan senyuman bukan hanya pada pesepeda dari kota tetapi juga pada pesepeda pedesaan. Bila perlu berbincang dengan mereka dalam suasana santai dan akrab saat sedang istirahat di suatu saat dan tempat. Sebenarnya merekalah pesepeda sejati.

Salam budaya. Rahayu....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun