Hampir setiap dua hari kami sekali ke sawah dengan bersepeda, selain untuk bekerja juga mencari hiburan serta menjaga kesehatan. Kadang ada rasa senang kala bisa melewati jalanan yang licin dan sempit atau jalanan terjal yang menantang. Tetapi sering juga rasa senang itu menjadi sirna jika bertemu para petani yang berangkat bekerja dengan bersepeda.Â
Sepeda yang mereka gunakan sungguh sangat sederhana, sepeda onta atau sepeda jengki yang kurang perawatan karena rantai yang hampir tak pernah diolesi pelumas. Kadang jika dikayuh berbunyi kriyet...kriyet. Namun demikian mereka seperti tak peduli dengan tetap mengayuh sekali pun dengan beban berat di jalanan menurun atau menanjak. Jauh berbeda dengan sepeda para goweser yang harganya di atas dua juta atau ada juga yang di atas 100 juta serta pemakainya menggunakan perlengkapan keselamatan yang lengkap.
Mereka langsung turun dan menuntun sepedanya lalu dengan tersenyum menyapa kami dan sekali pun kami sendiri sudah turun dulu dan minggir memberi kesempatan.
Kami pun membalas senyuman dan sapaan mereka. Sopan santun semacam ini juga dilakukan mereka yang berjalan kaki maupun yang naik sepeda motor di jalanan sempit. Bahkan pada saat mereka melihat kami sedang istirahat di tepi pematang, mereka langsung turun dan menuntun sepedanya sambil mengucapkan: "Nyuwun sewu...." Permisi.....
Demikian juga saat melintasi jalanan beraspal yang tak begitu menantang, ternyata sering juga bertemu warga desa yang juga mengikuti tren bersepeda sekali pun tanpa perlengkapan keselamatan tetapi jika dilihat jenis dan merek sepedanya ternyata harganya di atas milik kami.Â
Pernah juga bertemu dengan penggembala bebek di perdesaan yamg memakai jersey gowes. Ternyata di saat bebeknya dilepas mencari makan di sawah yang telah dipanen, untuk menghilangkan kejenuhan gembala bebek ini bergowes ria keliling desa secara bergantian sambil mencari lahan baru untuk menggembalakan bebek selanjutnya jika sawah yang sekarang akan diolah kembali.
Saling menyapa dan memberikan senyuman bukan hanya pada pesepeda dari kota tetapi juga pada pesepeda pedesaan. Bila perlu berbincang dengan mereka dalam suasana santai dan akrab saat sedang istirahat di suatu saat dan tempat. Sebenarnya merekalah pesepeda sejati.
Salam budaya. Rahayu....