Pasar Glagah Dawa desa Pulungdawa, Tumpang Kabupaten Malang hanyalah pasar kecil seperti halnya pasar-pasar tradisional yang ada di perdesaan.Â
Pasar yang menampung tak lebih dari 30 pedagang hanya beroperasi antara jam 5 pagi hingga jam 11 tengah hari. Namun demikian dengan geliat ekonominya mampu menciptakan tenaga kerja sektor informal yang cukup menarik bagi masyarakatnya yang kebanyakan petani dan pedagang.Â
Sekali pun demikian, di luar los pasar masih ada pedagang-pedagang kecil yang kebanyakan para perempuan lanjut usia yang begitu sabar dalam berjualan.Â
Ada yang berjualan sayur mayur hanya beberapa ikat, jika dilihat nilai jualnya tak lebih dari 75 ribu rupiah. Ada yang berjualan kue basah, masakan tradisional seperti nasi jagung dan nasi empog. Ada pula yang berjualan sayur cukup banyak dengan nilai total lebih dari 200 ribu rupiah.
Sebuah keuntungan yang tak terlalu besar bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Tetapi bagi para perempuan lanjut usia ini, berjualan bukanlah sekedar untuk mencari uang.Â
Sebab anak cucu mereka sebenarnya sudah mandiri dan bisa mencari nafkah sendiri. Bagi mereka berjualan adalah berkarya untuk mengisi kehidupan agar berguna bagi yang lain. Setidaknya bagi keluarga besar mereka.
"Nggih dicelengi nggih kagem nyukani sangu sekolah putu-putu utawi buyut (Ya, ditabung juga untuk memberi uang saku cucu atau cicit)," kata Bu Ijah salah satu penjual sayur sambil membayar uang arisan dan tabungan kepada seorang wanita muda yang menjadi pengurus di dusunnya.Â
Lewat arisan sebesar 5 ribu rupiah dan tabungan antara 5 ribu hingga 25 ribu rupiah setiap hari, mereka bisa ikut ziarah ke makam wali bahkan ada juga yang bisa umrah, tentu saja dengan tabungan sebelumnya.Â
Bahkan para pedagang makanan dan masakan yang dibutuhkan oleh pedagang lainnya atau para petani yang akan berangkat bertani di hamparan sawah yang ada persis di sebelah pasar.