Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perempuan-perempuan Lansia yang Tak Mau Rebahan

19 Maret 2021   10:10 Diperbarui: 20 Maret 2021   15:18 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar Glagah Dawa desa Pulungdawa, Tumpang Kabupaten Malang hanyalah pasar kecil seperti halnya pasar-pasar tradisional yang ada di perdesaan. 

Pasar yang menampung tak lebih dari 30 pedagang hanya beroperasi antara jam 5 pagi hingga jam 11 tengah hari. Namun demikian dengan geliat ekonominya mampu menciptakan tenaga kerja sektor informal yang cukup menarik bagi masyarakatnya yang kebanyakan petani dan pedagang. 

Sekali pun demikian, di luar los pasar masih ada pedagang-pedagang kecil yang kebanyakan para perempuan lanjut usia yang begitu sabar dalam berjualan. 

Ada yang berjualan sayur mayur hanya beberapa ikat, jika dilihat nilai jualnya tak lebih dari 75 ribu rupiah. Ada yang berjualan kue basah, masakan tradisional seperti nasi jagung dan nasi empog. Ada pula yang berjualan sayur cukup banyak dengan nilai total lebih dari 200 ribu rupiah.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dari perbincangan dengan mereka, rerata mereka mendapat keuntungan tak lebih dari 50 ribu rupiah. Jika hujan turun sejak pagi, seperti saat ini, maka keuntungan yang didapat paling banyak 25 ribu rupiah. 

Sebuah keuntungan yang tak terlalu besar bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Tetapi bagi para perempuan lanjut usia ini, berjualan bukanlah sekedar untuk mencari uang. 

Sebab anak cucu mereka sebenarnya sudah mandiri dan bisa mencari nafkah sendiri. Bagi mereka berjualan adalah berkarya untuk mengisi kehidupan agar berguna bagi yang lain. Setidaknya bagi keluarga besar mereka.

"Nggih dicelengi nggih kagem nyukani sangu sekolah putu-putu utawi buyut (Ya, ditabung juga untuk memberi uang saku cucu atau cicit)," kata Bu Ijah salah satu penjual sayur sambil membayar uang arisan dan tabungan kepada seorang wanita muda yang menjadi pengurus di dusunnya. 

Lewat arisan sebesar 5 ribu rupiah dan tabungan antara 5 ribu hingga 25 ribu rupiah setiap hari, mereka bisa ikut ziarah ke makam wali bahkan ada juga yang bisa umrah, tentu saja dengan tabungan sebelumnya. 

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Apakah ada penurunan pendapatan selama masa pandemi Covid-19 ini? Seperti halnya saat terjadinya krisis moneter pada 1997-1998, sektor informal terutama para pedagang kecil, mereka sangat tangguh dan tahan banting, sebab apa yang mereka jual merupakan kebutuhan pokok yang tak mungkin ditinggalkan masyarakat. 

Bahkan para pedagang makanan dan masakan yang dibutuhkan oleh pedagang lainnya atau para petani yang akan berangkat bertani di hamparan sawah yang ada persis di sebelah pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun