Guyub rukun setya pepindhane mimi lan mintuna
       (Selalu rukun dan setia bagai mimi lan mintuna)
       Wis jamak lumrahe yen wong urip coba lan godhane gedhe
       (Sudah lumrah jika hidup seseorang cobaan dan godaannya besar)
        Supradhene ora nganti mundhak dadi gawe
        (Hingga kini tidak terjadi sebuah masalah)
        Rina wengi dadi ati, wong prasaja alus bebudine
        Siang malam senantiasa penuh perhatian, hidup bersahaja dan berbudi halus)
        Sabar tur gemati momong putra lahir lan batine
        (Sabar dan sangat sayang mengasuh anak lahir batin).
Sekartaji sebagai pengamen tari datang ke gubug Asmarabagun. Dokpri
Asmarabangun terpesona Sekartaji. Dokpri
Panji Asmarabangun ingin memeluknya. Dokpri
Sekartaji mundur dan menolak serta mengeluarkan cundriknya. Dokpri
...dan mendorong Panji Asmarabangun. Dokpri
Panji Asmarabangun tahu bahwa yang menari dan menembangkan lagu ini adalah istri tercintanya, Dewi Sekartaji yang menyamar menjadi seorang penari yang jajah desa milangkori mencarinya. Tak tahan akan kerinduan yang demikian dalam, Panji Asmarabangun berusaha memeluk istrinya. Namun Dewi Sekartaji sebagai istri yang setia tidak begitu saja percaya lelaki di hadapannya adalah Panji Asmarabangun suaminya tercinta. Diambilnya cundrik sebagai senjata kesetiaan untuk mengalahkan hawa nafsu. Panji Asmarabangun mengetahui akan kesetiaan istrinya, lalu dengan lembut menggapai tangan Dewi Sekartaji yang memegang cundrik. Dewi Sekartaji kini mengetahui bahwa lelaki di hadapannya adalah suaminya tercinta, Panji Asmarabangun. Mereka pun berpelukan mesra bersatu kembali dalam ikatan kasih, seperti bersatunya Jenggala dan Kadhiri. Para inang pun merasa bahagia dan gembira. Demikian juga seluruh rakyat Jenggala dan Kadhiri menyambut gembira Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji.
Lihat Cerpen Selengkapnya