Seperti biasa, setiap kali selesai gowes pagi hingga siang hari, kami selalu mengganti kalori yang keluar dengan membeli makanan di warung K5 pinggiran desa. Menu yang paling sering kami santap nasi jagung, nasi empog, atau pecel. Sebab masakan inilah yang paling mudah ditemukan di desa.
Kali ini, pilihan jatuh pada masakan tradisional khas Jawa Timur yakni rujak uleg atau rujak cingur. Masakan yang agak sejenis dengan masakan lotek di Jawa Tengah.
Bumbu rujak uleg cukup sederhana berupa terasi, petis, garam, gula merah, secuil asam, 3 irisan pisang kluthuk, dan sesendok kacang goreng yang semuanya digerus atau diuleg hingga cukup halus. Karena diuleg inilah maka disebut rujak uleg.
Ada yang sepiring 7 ribu ada pula yang seharga 15 ribu. Umumnya hanya 10 ribu per piring untuk di desa, seperti yang penulis beli tadi pagi.
Salah satu keunikan dari rujak yang kami beli tadi adalah penjual seorang pria. Pedagang masakan K5 seorang pria bukanlah hal yang aneh.Â
Tetapi penjual rujak yang harus menguleg bumbunya dulu baru kali kami lihat. Ternyata si bapak ini cukup luwes dalam meracik dan menguleg. Apalagi rasanya lumayan lezat dengan harga 10 ribu rupiah per porsi.
Hanya saja, seperti biasa pedagang K5 perlu memperhatika dalam berjualan dan penyajian adalah masalah kebersihan.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H