Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penjual Kacamata Kaki Lima

16 Desember 2020   09:21 Diperbarui: 16 Desember 2020   13:45 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jam menunjukkan angka sebelas. Mendung dan sinar mentari bergantian menaungi bumi. Bersepeda ria kutelusuri jalanan sepi pertokoan Pecinan untuk sekedar mencari kacamata baca yang jatuh entah di mana. Mungkin di pinggir sawah atau tepi sungai kala bergowesria kemarin pagi.

Trotoar sempit makin sepi walau hari belum terlalu siang. Seorang penjual kacamata dan arloji di lapak kaki lima tampak terlelap lelah. Tidur agak pulas menunggu pembeli.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Kusapa pelan, hanya dengkur lembut jawabannya. Kutepuk bahunya, terhenyak dia membuka mata sambil mengusap matanya. Ia tersenyum sambil tanya mau beli apa.
Kutanya berapa harga kacamata baca plus tiga.
Dia bilang empat puluh ribu saja. Aku tertawa dan berkata, asal dapat dua. Ia ikut tertawa dan berkata, silakan ambil saja.
Laris...laris...katanya sambil mengibaskan dua lembar uang dua puluh ribuan. Ia tampak senang.
Dua buah kacamata baca kini kubawa pulang untuk membaca di saat waktu luang.
Sampai di rumah gerimis sudah menghadang. Kuambil buku Rampaian Cerita Mini: Aku Belum Lupa Cara Berbahagia.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun