Jam menunjukkan angka sebelas. Mendung dan sinar mentari bergantian menaungi bumi. Bersepeda ria kutelusuri jalanan sepi pertokoan Pecinan untuk sekedar mencari kacamata baca yang jatuh entah di mana. Mungkin di pinggir sawah atau tepi sungai kala bergowesria kemarin pagi.
Trotoar sempit makin sepi walau hari belum terlalu siang. Seorang penjual kacamata dan arloji di lapak kaki lima tampak terlelap lelah. Tidur agak pulas menunggu pembeli.
Dokumen pribadi.
Kusapa pelan, hanya dengkur lembut jawabannya. Kutepuk bahunya, terhenyak dia membuka mata sambil mengusap matanya. Ia tersenyum sambil tanya mau beli apa.
Kutanya berapa harga kacamata baca plus tiga.
Dia bilang empat puluh ribu saja. Aku tertawa dan berkata, asal dapat dua. Ia ikut tertawa dan berkata, silakan ambil saja.
Laris...laris...katanya sambil mengibaskan dua lembar uang dua puluh ribuan. Ia tampak senang.
Dua buah kacamata baca kini kubawa pulang untuk membaca di saat waktu luang.
Sampai di rumah gerimis sudah menghadang. Kuambil buku Rampaian Cerita Mini: Aku Belum Lupa Cara Berbahagia.
Dokumen pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!