Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tak Selamanya Mendung Itu Kelabu

10 Desember 2020   21:08 Diperbarui: 10 Desember 2020   21:13 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin dingin meniup mencekam di bulan Desember

Air hujan turun deras dan kencang hati berdebar

Itulah salah satu syair lagu Desember Kelabu yang dilantunkan Endang S. Taurina yang ngetop pada pertengahan 80. Sebuah lagu yang menggambarkan betapa kelabunya bulan Desember yang begitu deras mencurahkan hujan bahkan dengan angin kencang apalagi ada yang ditinggalkan orang-orang yang terkasih.

Hari ini, jam 8 pagi saya seperti juga para petani yang lain sudah berada di sawah. Hujan semalaman hingga dini hari masih menyisakan titik-titik air hujan di kelopak bunga liar, daun padi, bahkan padi yang seharusnya mulai menguning. 

Titik-titik air hujan yang seharusnya membiaskan sinar mentari menjadi kemilau indah bagai intan, kini menjadi salah satu hal yang menakutkan bagi petani padi.

Tanpa sinar mentari yang benderang titik-titik air hujan bisa saja merasuk ke dalam butir-butir padi yang menyebabkan kandungan air dalam gabah menjadi tinggi. 

Tentu saja saat akan digiling harus lebih lama menjemurnya untuk pengeringan padahal sinar mentari pun enggan muncul. Maka harga gabah pun akan terjun bebas. 

Bukan hanya itu, petani padi senatiasa dibuat kuatir akan turunnya hujan malam hari yang biasanya akan merobohkan padi yang membuat rusak. Penulis sendiri, sampai saat ini masih belum tahu alasan ilmiah mengapa hujan malam sering merobohkan padi. Desember kelabu.

Jam 9 pagi mentari cuma mengintip. Dokpri
Jam 9 pagi mentari cuma mengintip. Dokpri
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Tetap segar dengan titik-titik air hujan. Dokpri
Tetap segar dengan titik-titik air hujan. Dokpri
Titik-titik air hujan suka atau duka? Dokpri
Titik-titik air hujan suka atau duka? Dokpri
Bagi petani yang saatnya melakukan pemupukan atau penyemprotan pembasmi hama juga bisa menjadi sebuah kisah yang kurang mengenakkan jika pestisida dan pupuk yang baru disemprotkan atau ditaburkan hanyut terbawa air hujan. Desember kelabu.

Curah hujan yang demikian deras pada bulan Desember juga menyebabkan mudah munculnya jamur pada batang dan daun tanaman sayur, seperti cabai, tomat, mentimun, kacang panjang, bahkan bayam dan sawi. Bahkan tumbuhnya rumput dan tanaman gulma yang bisa menjadi hama sangat besar.

Maka beaya perawatan dan pembasmi gulma menjadi meningkat. Jika obat dikurangi maka bisa mengakibatkan gagal panen. Efeknya pun harga komoditas akan naik. Maka tak heran jika musim hujan harga sayur utamanya cabai dan tomat selalu naik. Desember kelabu. Bukan hanya bagi petani tetapi juga ibu-ibu rumah tangga.

Pak Imron yang sedang suka karena panen melimpah tapi juga sedih karena telapak kaki kanannya menginjak duri sehingga harus dibalut dengan kresek. Dokpri
Pak Imron yang sedang suka karena panen melimpah tapi juga sedih karena telapak kaki kanannya menginjak duri sehingga harus dibalut dengan kresek. Dokpri
Senyum manis menghantar makan siang untuk suami tercinta yang sedang memetik kangkung. Dokpri
Senyum manis menghantar makan siang untuk suami tercinta yang sedang memetik kangkung. Dokpri
Bayam melimpah harga membuat bahagia. Dokpri
Bayam melimpah harga membuat bahagia. Dokpri
Ceria. Dokpri
Ceria. Dokpri
Tapi apakah Desember selalu kelabu?

Tak selamanya mendung itu kelabu, nyatanya hari ini kulihat begitu ceria....

Hutan dan rimba turut bernyanyi juga bernyanyi juga membuat hari ini berseri dunia penuh damai...

Itulah salah satu syair dari tembang Kidung yang dinyanyikan oleh Chrisye pada awal 80an. Sebuah lagu yang mengungkapan bahwa mendung tak selamanya membawa kedukaan. 

Mendung memang kelabu bahkan hitam. Tetapi tak selamanya kelabu membawa kedukaan. Seperti yang dialami beberapa teman petani sayur di daerah kami. Harga cabai melonjak. Harga tomat melonjak. Harga sayur membuat beberapa petani kaget.

Per ikat yang biasanya hanya seharga antara 400-600 rupiah di tingkat petani kini ada yang berani membeli antara 1.000-1.200 rupiah perikat atau 30 ribu rupiah per bentel yang berisi 25 ikat. Lahan 1m persegi biasanya bisa menghasilkan 2 bentel dengan harga 60 ribu rupiah. 

Bila mempunyai lahan hanya seluas 10x10m atau 100m persegi saja maka bisa menghasilkan 100x2x30.000 = 6.000.000,- (enam juta rupiah). Jika beaya produksi tak lebih dari 1 juta untuk ukuran lahan seluas atau sesempit itu maka keuntungannya 5 juta rupiah untuk sekali musim tanam sayur antara 26 -- 40 hari. 

Sayur bayam dan kangkung biasanya 24-16 hari. Sedang untuk sawi 40 hari. Beda dengan cabai dan tomat bisa mencapai usia tanam satu tahun dengan masa petik antara 20 -- 28 kali tergantung perawatan.

Desember memang kelabu karena mendung selalu menggelayut, bahkan kadang hujan deras diiringi angin. Namun, tak selamanya mendung itu kelabu nyatanya banyak petani tetap ceria seperti hutan yang selalu gembira dan tak pernah menolak hujan.

Gembiralah seperti hutan menerima hujan. Sekali pun kekasih mungkin meninggalkan dirimu.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun