Batu bata mentah yang telah tercetak kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari langsung, tetapi jika musim hujan tempat pengeringan akan ditutup dengan atap plastik bening untuk menghindari guyuran langsung yang bisa menghancurkan batu bata mentah.Â
Bila sudah cukup kering akan ditata rapi di tepi lahan pengeringan supaya betul-betul kering. Dan tempat penjemuran awal akan digunakan lagi untuk pengeringan hingga jumlah yang akan dibakar sesuai dengan permintaan.Â
Selanjutnya batu bata yang kering akan ditata sedemikian rupa dalam bentuk persegi lalu masing-masing sisi diolesi tipis dengan lumpur adonan yang tujuannya agar saat pembakaran, panasnya tidak keluar. Sebab jika keluar maka batu bata tidak akan masak atau matang sepenuhnya sehingga sangat rapuh dan mudah patah bahkan hancur.
Sebelum pembakaran biasanya diadakan kenduri atau paling tidak makan bersama sambil mohon berkat dari Allah Swt agar selama proses pembakaran berjalan lancar dan berhasil.
Selesai kenduri, sesuai dengan tradisi, biasanya di sudut-sudut batu bata yang akan dibakar ditancapkan sebuah lombok atau cabe merah agar panasnya api sepedas atau sepanas cabai merah sehingga batu bata betul-betul matang dan semerah cabe.
Lima hari setelah pembakaran, batu bata dibongkar dan siap dikirim. Sedangkan batu bata yang kurang matang disisihkan kelak akan dibakar lagi pada pembakaran selanjutnya.Â
Bata bata yang kurang matang biasanya yang berada di tepi di mana panas pembakaran sudah berkurang. Batu bata yang kurang matang ini warnanya bercampur antara hitam dan merah.Â
Saat pembokaran bagian tepi yang kurang matang ini harus hati-hati supaya tidak patah sehingga dapat dibakar lagi dan tentunya mengurangi resiko kerugian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H