Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perjuangan Pemetik Kelapa di Balik Segarnya Es Degan

14 Oktober 2020   10:14 Diperbarui: 14 Oktober 2020   14:10 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikmati es degan atau es kelapa muda saat cuaca gerah kala sedang dalam perjalanan atau wisata sungguh sangat menyegarkan. Minuman tradisional alami ini mudah didapat dengan segala variannya, seperti es degan susu, es degan bakar, es degan pudding, dan es degan madu. 

Harga perbuahnya pun cukup murah, antara 8 ribu hingga 10 ribu rupiah di warung K5 atau kafe kecil. Bahkan untuk ukuran per gelas malah hanya kisaran 2.500 hingga 4.000 rupiah saja.

Kala Anda menikmati segarnya es degan pernahkah membayangkan betapa kerasnya perjuangan untuk mendapatkan buah tersebut sebelum disajikan?

Adalah Mas Karjo, sebut saja namanya demikian, seorang pemilik warung K5 yang telah berjualan es degan selama 20 tahun.

Awalnya memang hanya berjualan es degan dan kue saja di depan rumahnya. Walau cukup laris, namun es degan hanya laku menjelang siang hari kala cuaca cukup gerah. Sedang degan atau kelapa mudanya dibeli dari pedagang di pasar tradisional. 

Menyadari pendapatan dari es degan cukup minim, ia pun terbuka hatinya bukan hanya berjualan es degan tetapi juga kelapa muda utuh bahkan menjadi pemasok kelapa muda bagi pedagang-pedagang es kelapa muda atau es degan di beberapa tempat sekitar pinggiran Kota Malang bagian timur.

Mas Karjo pun menghubungi para pemilik pohon kelapa di desa-desa wilayah kecamatan Pakis dan Tumpang untuk membeli kelapa mudanya dengan harga sesuai kesepakatan bersama. 

Pada saat ini setiap buah kelapa muda harganya 3.000 rupiah. Bersama seorang rekan kerja yang bertugas sebagai pemanjat dan pemetik kelapa setiap hari bisa memanjat rerata 10 pohon dan memetik sekitar 80 hingga 120 buah kelapa muda. Tergantung kesuburan pohon kelapa. 

Ongkos sekali panjat pohon kelapa sebesar 10 ribu rupiah, entah bisa memetik 10 buah atau pun 20 buah kelapa muda. Selanjutnya kelapa muda ini langsung hari itu juga dijual ke pedagang pengecer seharga 5.500 perbuah.

Jika dalam satu hari bisa memanjat 10 pohon dengan memetik 120 buah kelapa maka keuntungan yang didapat dengan perhitungan sebagai berikut:

Harga jual- (Harga beli + ongkos petik + Beaya transportasi)  = keuntungan

(120 X 5.500)- (120 X 3.000 + 10 X 10.000 + 100.000) = ....

660.000-(360.000 + 100.000 + 100.000) = 660.000-560.000 = 100.000

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Melihat keuntungan penjual di atas ternyata sebanding dengan biaya pemetik kelapa. Tentu saja ini dengan pertimbangan risiko pemetik kelapa sangat tinggi. Salah perhitungan bisa terpeleset jatuh dengan akibat yang sangat fatal.

Beratnya memetik kelapa

Sekali pun sudah ada kesepakatan dengan pemilik pohon kelapa, bukan berarti pembeli mau memetiknya jika ternyata pada satu pohon buahnya kurang dari 5 buah kelapa muda. Sebab harga jualnya kurang dari harga beli dan biaya petik. Jika demikian maka kelapa akan dipetik jika sudah tua oleh pembeli lain tentu harganya berbeda pula. 

Ada juga perjanjian tak tertulis dengan pemetik yang mau memetik jika dalam satu hari paling tidak bisa memanjat 8 pohon dalam arti bisa menerima ongkos sebesar 80 ribu rupiah. Kurang dari 8 pohon dianggap tidak sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan dan risiko yang harus ditanggung.

Pemetik kelapa memang tugasnya paling berat, saat memanjat harus membawa parang dengan cara disengkelitkan di pinggang dan membawa tali untuk menurunkan kelapa muda yang telah dipetik.

Tantangan lainnya dan risiko pemetik bukan hanya pada tinggi rendahnya pohon kelapa dan licinnya batang karena hujan, tetapi serbuan koloni semut yang ada di pokok atas pohon kelapa. Ada juga tokek yang marah karena terganggu, bahkan juga ada ular.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Sedang tugas sang pemborong atau tengkulak kecil-kecilan ini akan mengerek menurunkan kelapa muda secara pelan dengan tali tersebut agar tidak meluncur cepat yang dapat membuat kelapa muda pecah dan tak laku dijual.

Inilah bedanya memetik degan atau kelapa muda dengan kelapa tua yang langsung dibacok dengan parang dan dibiarkan langsung jatuh ke tanah.

Sebuah pekerjaan yang penuh tantangan namun bukan sebuah halangan untuk mendapat penghidupan yang layak.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun