Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemulung Kehidupan

6 Oktober 2020   21:16 Diperbarui: 6 Oktober 2020   21:27 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalanan sebuah komplek perumahan mulai sepi walau jam baru menunjukkan angka 7.30 Warganya yang kebanyakan pegawai negeri dan karyawan swasta sudah banyak yang berangkat bekerja. Seorang ibu tampak dengan pelan menarik sebuah gerobak kayu menyusuri jalan sambil kadang menengok kiri kanan ke arah depan rumah yang kebanyakan pagarnya telah tertutup. Awalnya saya menganggap ia seorang penjual sayur keliling yang menawarkan dagangannya. Namun kala saya gowes melewatinya tak ada sayuran dan dagangannya selain sedikit tumpukan kardus dan kertas bekas. Dan yang paling mengejutkan di bagian belakang gerobak ada seorang gadis kecil dengan pakaian bersih sedang tertidur pulas.
"Putrinya ya, Bu?" tanya saya sambil memotretnya.
"Iya, selalu tertidur jika selesai sarapan," jawabnya dengan tersenyum sambil memunguti sebuah kertas bekas di sebuah tempat sampah depan rumah warga. Ternyata, ibu ini seorang pemulung.
Memang agak berbeda, pemulung yang biasanya berpakaian kumal dan berwajah lusuh, ibu ini berpakaian cukup bersih. Demikian juga gerobaknya. Apalagi anak gadisnya yang tampak masih duduk di kelas 1 atau 2 SD.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Rumahnya yang tak jauh dari komplek perumahan di mana saya bertemu, menunjukkan bahwa dia tidak termasuk tuna wisma sekali pun mungkin termasuk keluarga pra sejahtera yang tetap berusaha bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Apa pun dia lakukan hasil halal.
Di gerbang perkampungan apalagi di komplek perumahan kecil maupun besar sering terpampang tulisan: "Pengamen dan Pemulung Dilarang Masuk" Sebuah larangan yang dianggap sebagai upaya pencegahan terjadinya sebuah tindakan kejahatan.
Ibu ini menyadari hal itu, maka ia memakai baju bersih dan menggunakan gerobak kecil terbuka tanpa penutup yang bisa saja dianggap untuk menyembunyikan hasil tindakan tak terpuji. Ia pun mengajak putrinya bukanlah untuk menarik rasa simpati akan usaha mencari nafkah. Mengenakan pakaian bersih adalah tanda ia sangat menyayangi dan memperhatikan kebutuhan anaknya. Bahwa ia harus mengajak anaknya adalah karena di rumah tidak ada yang menjaga dan tidak mungkin bisa mengikuti pelajaran jarak jauh.
Hidup adalah perjuangan dan harus memberi kepercayaan pada orang lain agar dapat bekerja dengan baik. Ibu ini telah melakukannya. Walau sebagai pemulung.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Seperti kita juga pemulung ilmu, kebajikan, dan pemulung kehidupan yang tak 

terbaca orang lain. Kita mengambilnya dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan dan demi kehidupan kita sendiri..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun