Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Wayang Kontemporer] Geger di Astinapura Gegara Hape Dursasono

13 Juli 2020   16:00 Diperbarui: 13 Juli 2020   22:25 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasamuwan Kurawa di paseban Astina. Sumber: Wayang Tribasa. com

Paseban Astina


Mendengar ocehan Dursasono adiknya tercinta, telinga dan mata Suyudana memerah, tangan kanannya mengepal seperti menggebrak meja atau menjotos wajah adiknya. Untung saja meja dan wajah Dursasono jauh dari jangkauannya.
"Dimas Dursasono kita bicara persiapan perang di Kuruseta bukan membicarakan tingkah pola istriku! Jaga mulutmu! Ingat itu!" Bentak Suyudana penuh amarah.
"Sabar Suyudana sabaaaarr.... Memang Dursasono salah besar bicara masalah keluarga Dimas Suyudana di sini. Tapiiii....semua ini demi keluarga besar Barata. Ingat juga itu.... Maafkanlah dia." Kata Sengkuni yang tak mau terjadi keributan di paseban Astina.
"Jangan kau ulangi lagi Dursasono ucapan ngawurmu itu....," rayu Sengkuni pada Dursasono.
"Jaga mulutmu Paman Sengkuni, tadi kau yakinkan aku untuk bicara perselingkuhan Banowati di sini. Sekarang kau suruh aku diam!" Giliran Dursasono membentak Sengkuni.
"Dursasono! Kalau kau terus nyerocos seperti itu artinya kau memfitnah istriku ... Apa ada bukti yang bisa kau tunjukkan di sini heh?"
Dursasono terdiam. Ia menyesali diri mengapa saat rapat selalu buka Kompasiana sehingga smartphonenya menjadi lowbat.
"Baik Kangmas....nanti malam akan kufoto!" Jawab Dursasono dengan senyum menantang.
"Kurang ajar kau Dursasono....kau masih saja kau mengira Banowati akan selingkuh!"
"Sudah....sudah...sudah.... Hentikan omong kosong ini," Paman Durna berdiri dari kursi mendekati Dursasono dan menyuruhnya keluar untuk menenangkan diri.
"Baik Paman....tapi aku tak mau ada musuh dalam selimut di Astina."
Dursasono pun keluar dengan wajah memerah.

Banowati berendam menenangkan diri. Dokpri
Banowati berendam menenangkan diri. Dokpri

Keputren Astina

Semalam sulit tidur, menjelang siang ini Banowati mandi rendam di  sungai yang melewati keputren Astina. Sejuknya pagi, segarnya air sungai, dan hangatnya mentari pagi sedikit melupakan kegundahan hatinya antara kenyataan sebagai istri Suyudana dan khayalan hidup berdampingan dengan Arjuno yang kini sedang berbulan madu dengan Srikandi.
Alangkah kagetnya, kala Banowati membuka mata dari rendaman tampak sosok Dursasono berdiri di bibir sungai dengan mata merah melotot.
"Tak kusangka di balik kecantikamu kau khianati Kangmas Suyudana. Banowati, apa maumu!" seru Dursasono dengan sedikit keras yang membuat para inang cantik dan seksi menjadi terperangah.
Banowati hanya tersenyum sambil memandang tajam Dursasono. Lalu dengan pelan ia keluar dari rendaman air sungai tanpa lilitan selembar kain pun. Para inang Banowati pun melakukan hal yang sama. Dursasono sangat kaget melihat tindakan Banowati yang di luar dugaannya. Dursasono mundur pelan sedang Banowati terus melangkah pelan mendekati Dursasono yang pada akhirnya jatuh terpeleset menginjak sabun mandi.
"Apa maumu Dimas Dursasono....," kata Banowati lembut dengan tersenyum sambil tetap berdiri dengan kaki sedikit terbuka.
Napas Dursasono tersengal melihat sesuatu yang indah namun menggetarkan.
"Berdirilah Dursasono lakukan apa maumu...."
Dursasono pun berdiri lalu berniat ambil langkah seribu namun ia terjengkang lagi karena ujung jaritnya diinjak Banowati.
"Berdirilah Dursasono....katakan apa yang kau lihat ini pada Suyudana suamiku."
Detak jantung Dursasono semakin keras. Entah apa yang dipikirkan. Dursasono tak berani menatap atau sekedar meliriknya selain memandang wajah Banowati yang aneh lalu segera berlari kecil meninggalkan keputren.
Para inang dan Banowati terkekeh-kekeh melihat kejadian itu. Lalu mereka berselfi ria menggunakan hape Dursasono yang jatuh tertinggal di bawah kaki Banowati.

Wajah geram Banowati. Sumber: wayangku.com
Wajah geram Banowati. Sumber: wayangku.com

Paseban Astinapura
.

Pembicaraan bertele-tele Kurawa membangun kekuatan rencana persiapan Baratayudha masih saja berlangsung kala Dursasono kembali memasuki paseban.
"Masihkah kau memendam kejengkelan adikku...." kata Suyudana mencoba mengambil hati dan melupakan peristiwa tadi.
Dursasono menunduk. Namun alangkah kagetnya kala mengangkat kepala dan ingin mengatakan sesuatu, dilihat Banowati dan para inang hanya dengan bebetan kain panjang yang masih basah memasuki paseban. Bukan hanya Dursasono yang matanya terbelalak melihat kejadian langka ini, tetapi juga seluruh Kurawa. Suyudana, suami Banowati pun tak habis pikir dan cuma memandang Banowati yang tampak memendam kemarahan.
"Maafkan kami, Kakang Suyudana...
hamba dan para inang terpaksa melakukan seperti ini. Coba lihat smartphone siapa ini?" Kata Banowati sambil menyerahkan hape Dursasono.
"Kok bisa hape Dursasono ada di tanganmu?" tanya Suyudana semakin heran.
"Tanyakan sendiri padanya...tapi lihat dulu galeri fotonya...."
Mata Suyudana langsung merah melotot kala melihat foto-foto Banowati dan para inang sedang berenang tanpa sehelai kain pun.
"Dursasonoooooo......Kurang ajar kamu!" Teriak Suyudana sambil berlari mendekati Dursasono yang kebingungan. Terjadilah pergumulan hebat antara Suyudana dan Dursasono. Sebuah pergumulan antara kakak dan adik Kurawa yang tak terkisahkan dalam Kitab Mahabaratha mana pun. Ketika para saudara Kurawa berusaha melerai, Banowati memotret kejadian ini dan menyebarkan lewat WA. Demikian juga para pangreh praja yang sedang berada di situ ikut mengabadikan kejadian konyol ini dan menyebarkan lewat hape masing-masing. Gegerlah Astinapura.

Pasamuwan Kurawa di paseban Astina. Sumber: Wayang Tribasa. com
Pasamuwan Kurawa di paseban Astina. Sumber: Wayang Tribasa. com

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun