Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nightmare

7 Juli 2020   19:42 Diperbarui: 7 Juli 2020   20:03 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa penat karena kebosanan hampir setengah hari hanya duduk di parkiran mobil di rumah sakit  membuat Pardi ingin merebahkan diri di bawah pohon akasia. Namun niatnya diurungkan kala melihat sebuah gudang besar dan luas berisi jejeran peti mati di depan rerimbunan akasia.
"Mending selonjor di situ," katanya pada sesama sopir yang sedang istirahat di depan gudang peti jenazah sebuah rumah persemayaman.
"Tidurlah di situ kalau berani...," kata Parto seorang sopir yang mengantar juragan melayat temannya yang akan segera dikremasi.
"Lapo wedi!" Artinya: "Kenapa takut!" Sahut Pardi sambil ngeloyor menuju gudang yang terbuka lebar dan terang.
Semua sopir yang duduk-duduk di situ cuma tersenyum.
Tak seberapa lama terdengar suara sedikit bergetar dari dengkuran Pardi yang tampak kelelahan.
- - -
Huh...huh...huh....huh.... Tiba-tiba saja terdengar suara Pardi mendesah berat seperti sesak napas.
Parto sangat kaget dan berseru: "Pardi tindihen*...Pardi tindihen...."
Sontak tiga sesama sopir langsung mendekat dan membangunkan Pardi.
"Bangun....bangun..." Kata Jumainto sang penjaga gudang.
Pardi langsung bangun jenggiratan atau tersentak kaget sambil melihat ke arah pojok tempat sebuah peti besar.
"Ngimpi apa kamu?" kata sopir yang lain.
Sambil mengucek matanya, Pardi berkata lirih," Opa Thian papanya  Gerrard masuk ke peti itu dan menyuruhku menutupnya. Aku ga mau malah tanganku ditarik ngajak masuk ke peti...."
Gelak tawa langsung terlontar dari para sopir.
"Makanya jangan tidur dekat peti mati...." kata Parto. "Ayo ngopi dulu...," lanjutnya.
- - -
Belum tiga seruputan kopi diminum, Gerrard juragan Pardi datang.
"Kita kembali ke rumah sakit, papa meninggal...." Kata Gerrard dengan sedikit mata basah karena air mata.
Pardi dan para sopir yang duduk-duduk di belakang pos satpam hanya termangu.

Catatan:

*Tindihen: menggigau karena saat tidur aliran darah ke otak tidak lancar akibat tertindih sehingga otak kekurangan oksigen. Bisa saja aliran darah di nadi tangan yang dijadikan bantal tertindih kepala. Atau tangan menindih di atas dada kala kita tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun