Sekali waktu kala kita melewati bentangan sawah yang menghijau tumbuh atau menguning dengan padi yang merunduk tanda kesuburan tentu akan merasa senang dan bahagia karena sebagai anak bangsa tentu bangga jika Ibu Pertiwi demikian gemah ripah loh jinawi tata tentrem kertaraharjo.Â
Demikian juga kala melihat ladang sayuran yang membentang hijau dan kadang menjadi hamparan bebungaan kangkung warna putih, bebungaan sawi warna kuning, atau bebungaan kenikir sayur warna merah muda bernuansa putih. Â
Sekali pun ladang dan sawah itu bukan milik kita. Rasa ingin duduk santai di dangau pinggir pematang sambil menikmati gemerciknya air sungai atau air pancuran dan kicauan aneka burung serta nyanyian pucuk-pucuk pohon yang mengajak menari  dengan iringan semilirnya angin gunung yang sejuk. Semua terasa membuai bahwa kita memang hidup di surga buwana yang demikian teduh dan sejuk.
Tetapi hamparan keindahan bebungaan dari sayuran yang dipenuhi kupu-kupu mungil warna kuning dan putih  yang menari lincah di antara harum lembutnya bunga adalah petaka kesesakkan bagi petani.Â
Sebuah petaka karena harga sayur mayur atau buah atau cabai yang terjun bebas sehingga mereka tidak memanennya. Lalu membiarkan tumbuh hingga melebihi usia panen sampai berbunga dan tak layak jual apalagi dikonsumsi. Memang bisa saja dipanen dan dijual murah namun ongkos petik dan harga jual sangat timpang.Â
Dua puluh lima ikat sayur seharga tiga puluh lima ribu jika harga normal bisa anjlok cuma seharga lima ribu rupiah!!! Padahal ongkos petik per 25 ikat sebesar sepuluh ribu rupiah.Â
Tentu saja para petani pemilik lahan atau petani penggarap tak mau rugi. Sedang petani pekerja, laku tidak laku atau harga sayur anjlok tetap saja menerima upah jika diminta untuk memanen.
Kejadian seperti ini bukan satu dua kali terjadi dalam setiap musim panen sayur dan buah. Di sinilah peran dinas pertanian perlu memberi wawasan kepada para petani agar menanam dengan pola tidak bersamaan untuk menghindari jatuhnya harga di titik nadir karena kelebihan produksi. Apalagi komoditas sayuran tidak bisa disimpan lebih dari satu hari.
Sehingga sayur yang terlanjur dibawa ke pasar harus dibuang seperti yang kadang terjadi di Pasar Sayur Kedung Boto, Tumpang-Malang. Ada pula pedagang kecil termasuk petani yang sedikit bermurah hati memberikan secara cuma-cuma kepada siapa pun yang lewat seperti pada video di bawah ini.