Wilayah Malang, pada saat ini boleh dikatakan sedang panen raya padi, sebab hampir seluruh wilayah utara, timur hingga selatan banyak yang sedang panen padi.
Namun, bukan hanya padi tetapi juga sayur yang harganya tiga hari menjelang hari lebaran sempat jatuh terjun bebas tak terkendali.
Beda dengan padi atau gabah yang harganya relatif stabil. Tentu saja ini membuat bahagia para petani, sekali pun mungkin ada sedikit kekecewaan karena hujan yang menderai malam selama beberapa hari membuat kandungan air pada padi menjadi lebih banyak sehingga kala dikeringkan menjadi gabah susutnya cukup banyak.
Di sisi lain, hujan dan angin malam hari membuat padi roboh terbebani air hujan yang tentu saja sedikit banyak merusak padi.
Padi sebagai komoditas utama hasil pertanian dalam budaya Jawa, jika hasil panen padi bagus maka merupakan anugerah tersendiri dan patut dirayakan.
Kompasianer kawakan, Abah AJ yang sekarang tidak aktif lagi dalam sebuah komen di tulisan saya pada 2013 mengatakan betapa Beliau merasa terharu ketika temannya yang bekerja di luar pulau harus kembali ke Ngawi karena harus mengikuti panen padi di desanya.
Kegembiraan ini juga ditulis oleh Kompasianer Fatmi Sunarya pada tulisannya Gotong Royong pada Saat Panen Padi di sekitar Danau Kerinci.
Mahalnya harga rumput gajah yang ditanam di pematang sawah dan sulitnya mencari rumput liar maka jalan satu-satunya adalah mencari jerami secara gratis.
Namun mencari jerami bukanlah hal yang mudah karena sawah di sekitar wilayah timur laut hingga tenggara Malang kini bukan hanya ditanami padi tetapi juga sayur mayur.
Maka para pemilik sapi setiap hari setelah bekerja mengelola sawahnya sendiri atau bekerja sebagai buruh tani yakni pada jam 11 siang harus keliling dari desa ke desa untuk mencari jerami pada sawah yang sedang panen.