Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jangan Terlalu Percaya Diri, Kemampuan Kita Terbatas

17 Mei 2020   12:28 Diperbarui: 17 Mei 2020   12:28 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali waktu, kami berdua bergowesria di sebuah perbukitan yang tak jauh dari rumah. Jaraknya hanya sekitar 3km saja atau jika dari pusat kota hanya sekitar 7km. Warga Malang menyebutnya Gunung Buring. Sebuah tempat yang dulu merupakan hutan rakyat yang lebat dan kini sebagian menjadi perkebunan tebu dan beberapa komplek perumahan kelas menengah serta desa yang semakin maju dan makmur. 

Hingga awal 80an menuju ke arah sana hanya berupa jalan setapak maka kini menjadi jalan beraspal dengan lebar sekitar 4m. Namun suasana sepi dan temaram kala senja hingga malam menyebabkan tempat ini kadang masih membuat orang ragu melewatinya.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Masih membentangnya hutan rakyat yang banyak ditanami bambu serta tumbuhan liar serta semak belukar yang menutupi lembah-lembah curam yang sempit dan gelap jauh dari pemukiman menjadikan Gunung Buring sebagai tempat yang menantang bagi para goweser atau dulu mereka yang senang ikut olahraga hash. Seperti yang kami lakukan.

Pada gowes kali ini saat di Gunung Buring kami melewati jalan aspal sejauh kurang lebih 3km, jalan makadam 2km, dan jalan tanah 1km saja. Di akhir jalan makadam, tak disangka tertutup sebuah praoto yang sedang mengambil tanah dari pelebaran jalan setapak. Namun niat mencari tantangan dan pengalaman baru dengan percaya diri kami menerobos lewat samping yang sangat sempit.

Hal yang tak terduga terjadi lagi, setelah 500m ternyata jalan setapak tanah kini mulai rimbun dengan semak belukar dan rumpun bambu yang agak gelap dan tak mungkin sepeda gunung dinaiki sekali pun jalan menurun sekitar 45 derajat. 

Tanah cadas yang licin karena sedikitnya sinar mentari serta derasnya air hujan yang melewati telah membentuk parit-parit kecil selebar hanya 15-45cm saja namun kedalamannya bisa mencapai 50cm lebih. 

Jadi sungguh berbahaya jika terperosok maka roda sepeda akan terjepit dan kemungkinan patah serta pengendara akan terbanting. Bila kaki dan tangan pun bisa terjepit dan patah atau setidaknya dislokasi yang tak mungkin akan segera mendapat pertolongan karena jauh dari hunian.

Dokpri
Dokpri
Ragu melanjutkan perjalanan dan ingin kembali lagi kami berdua istirahat. Saat itu seorang pencari rumput dan kayu bakar yang mengaku salah satu penduduk desa di sekitar itu  berniat melewatinya dengan sepeda motor. 

Sempat kami cegah namun setelah mengeetahui bahwa kami yang bukan warga di tempat itu saja berani rupanya dia merasa malu untuk putar balik. Rasa percaya diri yang berlebihan membuat dia nekat menuruni dengan cara menuntun sepeda motornya. 

Belum 50m, sepeda motornya melorot sendiri tanpa bisa direm atau ditahan karena licinnya medan. Roda depan masuk ke dalam parit sempit dan bagian belakang sepeda motor langsung memutar arah. Kurang lebih 10 menit dia berusaha menarik dan tak bisa akhirnya saya menolongnya dan berhasil.

Belum lagi 60m dilewati dengan susah payah hal itu terjadi lagi dan saya pun wajib menolongnya hingga berhasil. Sedang istri saya yang masih sendirian berada di atas tampak ketakutan yang membuat saya harus kembali ke atas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun