Candle Light Dinner, siapa sih yang tak tertarik dengan suasana makan malam yang romantis bersama pasangan atau keluarga sedemikian rupa. Apalagi di teras dengan kolam renang yang redup lantai teratas sebuah hotel berbintang dengan iringan piano yang memainkan lagu-lagu jazzy lembut seperti Antonio Song atau Kasih dari Ermy Kulit.Â
Bagi para professional atau ekskutif muda di perkotaan atau yang pernah bekerja di pusat pertambangan multi nasional dan internasional tentu sering atau setidaknya pernah merasakan. Saya sih seumur hidup cuma dua kali di Santika Hotel karena diundang Kompas Gramedia Group. Tapi bukan berarti tidak pernah makan bersama pasangan dalam suasana yang romantis di luar rumah. Malah hampir setiap minggu selalu makan siang bersama pasangan dalam suasana yang sangat romantis dan jarang yang pernah merasakan.
Seperti biasa, setiap minggu kami selalu ke sawah dengan gowes. Kadang bawa bekal sendiri lalu makan siang di dangau atau pematang sawah. Kadang di pinggir hutan atau di tepi sungai. Sering pula makan siang di warung lesehan K5 tapi yang sering warung lesehan di tengah sawah. Hla apa ada?
Salah satu di antara warung lesehan yang sering dikunjungi penulis adalah Warung Lesehan ABM Tenterem yang berada di tepi perbatasan desa Nongko Songo, Pucang Songo, dan Malang Suko di Kecamatan Tumpang - Malang dan cukup jauh dari pemukiman dan hiruk pikuknya lalu lintas atau keramaian warga.Â
Menilik namanya yang tidak begitu komersial dan cenderung ndesani karena warung ini hanya untuk merebut pembeli dari kaum petani yang bekerja di sawah atau ladang di sekitarnya sekali pun kadang ada pula para pembeli dari luar terutama para goweser atau mereka yang sedang jalan-jalan mencuci mata dengan mencari kesegaran hijaunya bentangan sawah yang subur.
Suasananya pun demikian syahdu dengan suara gemerciknya air irigasi dan kicauan burung-burung liar seperti tengkek yang mencari udang dan ikan kecil, burung tekukur dan perkutut, atau cendet yang berteriak-teriak mengejar belalang serta branjangan dan kutilang yang menari-nari mengejar serangga di atas ladang lombok. Lenguhan sapi kadang juga ikut menghiasi ketenangan pedesaan. Ditambah lagi kadang terdengar gesekan biola alami dari daun-daun kelapa yang tertiup angin di atas warung lesehan ABM Tenterem ini.
Maka menikmati sajian yang berupa nasi putih, nasi jagung, atau nasi empog dengan sayur lodeh, urap-urap dan lauk mendhol, bakwan, tahu, dan tempe atau daging ayam dengan bumbu sederhana ala desa sungguh nikmat sekali. Harganya pun cukup merakyat hanya Rp 7.500 per porsi.Â
Namun demikian cara menyajikan bukan seperti warung sederhana lainnya karena sayur, lauk, dan nasi disajikan terpisah. Jika ingin menu lain, ada juga rujak uleg dan bakso dengan harga yang sama. Sedang untuk minuman wedang jeruk, teh hangat, atau kopi hanya dihargai seribu rupiah. Demikian juga jika mau tambah lagi satu bungkus rempeyek harganya juga 1.000 rupiah saja.
Tak ada target yang harus dicapai, kata Mbak Asih - sebut saja demikian salah satu dari pengelola warung lesehan yang menjual nasi jagung, sebab warung ini dibangun untuk memberi peluang kepada ibu-ibu jemaah pengajian Ahbabul Musthofa Desa Nongko Songo untuk mengembangkan perekonomian masyarakat desa.Â
Warung dengan penjual hanya tiga orang, yang semuanya anggota pengajian, yakni warung nasi dan lauknya, rujak uleg, dan bakso mempunyai kewajiban membayar RP 1.000,- per porsi untuk khas komunitas pengajian.Â
Dalam sehari rerata bisa menyumbang dana sebesar Rp 10.000,- per warung. Lumayan karena sasarannya hanya petani yang sedang bekerja atau pulang dari sawah. Untuk menghindari kekeliruan menghitung setiap pembelian harus dibayar melalui kasir yang akan menghitung secara tradisional alias manual tapi tetap dengan catatan di nota.
Kontribusi hasil penjualan akan dikumpulkan oleh kasir warung pada pengurus masjid desa yang dalam hal ini juga menyediakan saluran atau aliran listrik secara gratis.
Di tengah kelimpungannya para pelaku usaha mikro dan kecil di desa, warung lesehan Ahbabul Musthofa (ABM) Tenterem ini tetap bertahan dan tak terganggu oleh gempuran Covid-19 sebab para pelanggan adalah kaum petani yang rajin bekerja di bawah terik matahari yang setia dan akan menyikat habis virus Covid-19. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H