Warung dengan penjual hanya tiga orang, yang semuanya anggota pengajian, yakni warung nasi dan lauknya, rujak uleg, dan bakso mempunyai kewajiban membayar RP 1.000,- per porsi untuk khas komunitas pengajian.Â
Dalam sehari rerata bisa menyumbang dana sebesar Rp 10.000,- per warung. Lumayan karena sasarannya hanya petani yang sedang bekerja atau pulang dari sawah. Untuk menghindari kekeliruan menghitung setiap pembelian harus dibayar melalui kasir yang akan menghitung secara tradisional alias manual tapi tetap dengan catatan di nota.
Kontribusi hasil penjualan akan dikumpulkan oleh kasir warung pada pengurus masjid desa yang dalam hal ini juga menyediakan saluran atau aliran listrik secara gratis.
Di tengah kelimpungannya para pelaku usaha mikro dan kecil di desa, warung lesehan Ahbabul Musthofa (ABM) Tenterem ini tetap bertahan dan tak terganggu oleh gempuran Covid-19 sebab para pelanggan adalah kaum petani yang rajin bekerja di bawah terik matahari yang setia dan akan menyikat habis virus Covid-19. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H