Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandanglah Semua dari Segala Sisi

20 Maret 2020   16:49 Diperbarui: 21 Maret 2020   10:05 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukanlah saya melarikan diri dari kenyataan yang ada atau tak mau tahu tentang Covid-19 yang masih jadi bahan pembicaraan masyarakat baik di dunia nyata maupun dunia maya dan masih berita panas di media elektronik. 

Di dunia nyata mulai dari ibu-ibu yang belanja di pedagang sayur keliling, bapak-bapak yang nongkrong di pos kamling, hingga para sopir ojol yang berteduh di bawah pohon depan rumah kami sambil menunggu orderan yang sepi. 

WAG karawitan dan budaya pun, terutama dari ibu-ibu, ramai saling kirim aneka berita tentang segala sesuatu yang menyangkut atau disangkut-sangkutkan dengan Covid-19. 

Pelurusan dan sanggahan yang kukirim untuk mencegah beredarnya berita bohong sepertinya  tak mempan.  Di sinilah saya diuji kebal atau tidak menghadapi serbuan berita tentang Covid-19 tetapi bukan virusnya. 

Saya pun harus lebih banyak diam sambil melihat dan mendengar dari semua sisi pandangan mereka walau kadang bertolak belakang dan bahkan malah kabur atau tidak jelas lagi yang dibicarakan. Bukan Covid-19 lagi tetapi para korbannya yang dianggap kuwalat.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Bosan membaca WA dan berita di tv tentang Covid-19, saya pun mengambil sepeda gunung lalu menyusuri sungai Sundeng dan Amprong yang hanya berjarak tak lebih dari 750m di belakang perumahan untuk mencari obyek foto irigasi untuk mengikuti lomba foto yang diadakan Kemen PUPR. 

Setelah 14 km menyusuri sungai, saya istirahat di pinggiran sungai Sundeng sambil menikmati desiran angin, deritan batang bambu, kicauan burung, dan gemerciknya arus sungai juga mengamati kupu-kupu yang terbang mencari madu di kelopak bunga kertas dan kenikir. Panggilan hobi memotret pun keluar. 

Tak peduli pinggiran sungai masih basah dan licin yang sewaktu-waktu bisa membuat terpeleset ke sungai yang dalamnya hanya sekitar 1 m saja. Basah bukan masalah. Jatuh dan hanyutnya hape bisa jadi masalah besar. 

Embun dan titik-titik air hujan tadi malam yang masih melekat di rerumputan bukanlah rintangan atau halangan tetapi sebuah tantangan untuk bisa menangkap keindahan yang ada di depan mata. 

Keruhnya air sungai yang berwarna coklat karena erosi bukanlah hal yang buruk sekali pun menjadi latar belakang. Pudarnya warna bunga karena air hujan dan cipratan lumpur akan tertutup oleh indahnya kupu-kupu yang terus bergerak untuk menantang mengambil dari sudut yang tepat agar terekam jelas. 

Saya pun harus terus bergerak pelan dan lembut agar tak mengusik kupu-kupu untuk terbang menjauh dari bidikan. Konsentrasi hilang atau terganggu sedikit saja maka fokus utama malah menjadi kabur sekali pun latar belakang indah. Dan tak kalah pentingnya semua yang terlihat menjadi kabur tanpa fokus yang jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun