Menduda selama tujuh tahun membuat hidup Suradi kesepian apalagi anak-anaknya kini bekerja di kota. Dengan tekad bulat, Suradi mengunjungi Patmi mantannya untuk diajak menikah.
“Kali ini aku tidak menggombal tapi mengajakmu menikah…” kata Suradi sambil memandang Patmi yang sibuk mengupas brambang untuk sambel kecap sate kambing jualannya.
“Tolong Mas lanjutkan kupas brambang ini, aku mau nguleg sambel,” kata Patmi.
Sambil menggaruk kepala tak gatal, Pardi yang takut ditolak lamarannya langsung menerima. Padahal istrinya dulu tak pernah ia bantu. Bukan karena malas tapi sebagai nelayan, ia lebih banyak ke pantai merawat perahu dan jalanya.
“Aku mau menikah denganmu asal aku tetap jualan sate dan ngemong cucu di sini,” kata Patmi sambil nguleg lombok.
Suradi tanggap penolakan Patmi akan lamarannya. Tetes air mata turun di kedua sudut matanya. Bukan karena ditolak lamarannya tapi pedih kepedesan air brambang. Kala mengusap airmatanya terdengar sapaan lembut...
“Mbah, Erni datang…,” seru seorang ibu muda yang menggendong putri mungilnya. Patmi berdiri menyambutnya dengan gembira.
“Ini cucuku, tiap hari kuasuh di sini,” kata Patmi sambil mencium si bayi.
-
Di tengah laut kala sendiri menjala ikan ia menyanyikan lagu Bimbo:
Sendiri kini aku sendiri lagi entah susah entah hati pedih tak peduli….
Kututup mata dan hati untuk cinta….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H