Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Hanya Cari Istri Secantik Bidadari

12 Maret 2020   09:15 Diperbarui: 12 Maret 2020   10:53 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tertarik dengan tulisan saya dengan judul  bahasa Indonesia "Ketika Sang Istri Bosan di Rumah dan Harus Kembali ke Orangtua" namun ceritanya menggunakan bahasa Jawa, seorang pembaca bertanya lewat WA tentang arti dan pesan dari kisah legenda tersebut. Sebagai lelaki saya pun menjelaskan dari sudut pandang lelaki dalam kisah Jaka Tarub dan Dewi Nawang Wulan agar tak bernasib apes seperti Jaka Tarub.

Jangan menikah gegara diminta orangtua atau ditanya orang lain 'kapan nikah?'

    Selain Jaka Tarub, kisah pernikahan Pangeran Charles dan Lady Diana adalah bisa jadi contoh di dunia masa kini.

Jangan tertarik hanya karena kecantikan wanita (rupawan) apalagi seperti bidadari.

  Bidadari itu hidupnya di surga yang serba ada dan nyaman tak mau bekerja. Kalau toh bekerja sebagai ibu rumah tangga tentunya setengah hati karena kuatir kecantikannya luntur. Ingat ada artis cantik sudah belasan tahun tak pernah mencuci piring.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Jangan menipu wanita.

  Menutupi kebohongan itu sulit, kalau ketahuan kita tidak akan dipercaya lagi bahkan ditinggal.

  Percayalah sepenuhnya pada wanita pasangan hidupmu.

Sebenarnya wanita itu pekerja keras. Mencurigai wanita pasangan hidup kita adalah keniscayaan.

Jadi  ayah sekaligus ibu bagi anak kita sungguh berat. Mau menikah lagi kuatir seperti lagu 'Ratapan Anak Tiri' terjadi.

Jaka Tarub dan Nawang Wulan memang sebuah legenda namun mengandung pesan moral dan etika yang indah bagi sebuah kehidupan. Jaka Tarub hanya tertarik pada para bidadari yang sedang bermain dan mandi di telaga dan air terjun bukan pada wanita yang giat bekerja di tepi sungai.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun