Siapa sih yang tidak kenal dengan sayur kangkung salah satu andalan petani sayur karena mudah menanam dan merawatnya? Bahkan banyak yang menyukainya, apalagi dimasak menjadi cah atau oseng-oseng kangkung tambah udang, sambel plencing khas Lombok, atau untuk pecel Madiun.
Sebagai konsumen selama ini kita lebih banyak sekedar membeli lalu memasaknya atau bahkan langsung membeli di warung atau rumah makan sudah siap saji alias tinggal menyantap dan menikmati betapa lezatnya sayur kangkung yang cenderung gurih rasanya.
Sekarang penulis ingin mengenalkan dua jenis sayur kangkung yang pernah kami tanam dan jual, yakni kangkung air dan kangkung darat.Â
Kangkung air tumbuh subur dengan merambat dan bercabang bisa mencapai panjang 2m di tepian sungai yang datar namun arus airnya mengalir cukup deras dan bukan pada air yang menggenang.Â
Ciri kangkung air pangkal batang berdiameter antara 09-13mm dengan daun lebar pangkalnya antara 5-7cm, dan panjang antara 10-13cm serta ujungnya agak tumpul.Â
Masa panen sekitar 15 hari setelah pemetikan sebelumnya. Jadi, kangkung air tidak perlu penanaman bibit kembali selain memetik dan membuang pangkal sayur yang telah lama dan dianggap kurang produktif.
Kangkung darat tumbuh tanpa menjalar dengan ketinggian antara 25-35cm. Pangkal batang berdiameter paling besar 10mm atau 1cm, pangkal daun antara 4-5cm, panjang daun antara 09-12cm, dan berujung runcing.Â
Umur panen kangkung darat adalah 28 hari setelah penanaman. Ada kalanya juga ada yang memanen kala masih berumur 24-26 hari jika kebutuhan dan harga melonjak.Â
Namun tak pernah memanen lebih dari 29 hari karena seratnya akan mengeras dan kurang nikmat jika dimasak. Kangkung darat sekarang menjadi tren urban farming di wilayah perkotaan.