Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Sri Minggat (Pergi Tanpa Pesan)

26 Februari 2020   12:40 Diperbarui: 26 Februari 2020   18:37 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karang Jepun adalah sebuah pedukuhan di Desa Karang Jati di pinggiran kota Karang Bulak. Dukuh ini dinamakan Karang Jepun karena di pinggir dukuh ada kuburan yang ditanami kebang jepun atau kamboja.  Sedang Desa Karang Jati merupakan hutan jati milik rakyat atau warga. Beda lagi dengan Karang Bulak disebut demikian karena kota ini di daerah berkapur dan kering sehingga banyak lahan kosong berupa ara-ara atau biasa disebut bulak oleh orang desa. 

Karang Bulak artinya kebun kosong tak ditanami selain semak yang tumbuh liar. Seperti halnya pedukuhan lain yang merupakan bagian dari desa, Karang Jepun penghuninya tak lebih dari 20 kepala keluarga atau sekitar delapan puluh jiwa saja dengan aneka mata pencaharian. 

Ada petani, buruh tani, pedagang kecil, pemulung, tukang batu, sopir, kenek, bahkan ada juga dukun dan  pengangguran yang kadang dicurigai sebagai pencuri. Kasihan... Tetapi banyak juga yang boro atau bekerja di luar kota serta jadi TKI di manca negara.

Sekali pun daerah kering ternyata ada juga lelaki yang poligami dan tinggal dalam satu dukuh walau beda rumah. Ada juga yang berstatus duda dan janda padahal mereka masih muda. Soal ganteng dan cantik sih itu relatip.

Secara ekonomi, ada yang pas-pasan, kecukupan, dan ada pula yang kaya. Kehidupan yang majemuk membuat pedukuhan itu tampak begitu rukun dan damai. Kalau ada perselisihan itulah dinamika kehidupan. Adanya sedikit pertengkaran itulah romantika pergaulan. 

Tapi saling senyum dan sapa selalu ada. Memang ada yang pendiam, sedikit sombong, ada yang cuek, ada juga yang suka menggoda dalam arti bergurau, ada yang suka nyemoni alias menyindir, ada yang suka gosip dan membicarakan orang lain. Ada yang pandai berkotbah, ada yang sok pandai (Jawa: kemlenthus atau kemeruh).

Setahun yang lalu, ada pendatang baru dari kota sabrang yang merupakan keluarga kaya. Konon, ia seorang saudagar dan cendikiawan yang ingin mencari sesuatu yang baru daripada kehidupan sebelumnya.

Kehadiran keluarga yang ramah ini, sedikit mengubah wajah kehidupan bermasyarakat Dukuh Karang Jepun karena mereka begitu murah senyum dan supel. Apalagi istri sang penghuni baru ini seorang pegiat sosial yang berhasil memberdayakan kaum wanita untuk mengubah wajah Dukuh Karang Jepun menjadi lebih indah. 

Pekarangan depan rumah yang dulu hanya ada jemuran, kayu bakar, dan tanaman sayuran yang ditanam ala kadarnya kini tertanam aneka bunga dan tanaman obat keluarga atau toga. Jika dulu kaum wanita suka ngerumpi di bawah pohon nangka sambil petan alias cari kutu rambut, sekarang mulai pandai memasak dan merajut. Bahkan bagaimana cara mempercantik diri dengan solah bawa atau  tingkah laku bukan dengan bengesan atau atau bedak.

Agustus kemarin, Dukuh Karang Jepun meraih penghargaan sebagai dukuh berprestasi di Desa Karang Jati karena kegiatan dengan hasil karya nyata berupa dukuh terbersih, terindah, tergiat, dan ter....ter....terbaik lainnya. Bahkan keluarga Pak Bagus mendapat penghargaan sebagai tokoh berpengaruh di desa bukan hanya di pedukuhan tetapi juga Desa Karang Jati. Terutama Bu Sri, istri Pak Bagus mendapat gelar "Penggerak PKK" terbaik.

Gempita sorak gembira pun bergema karena dukuh yang bersebelahan dengan kuburan yang penuh kembang jepun yang sering diidentikkan dengan tempat yang angker, sangar, dan menakutkan apalagi di sana juga ada seseorang yang dianggap dukun. Wiiiih.....

Atas prestasi ini, aparat dan pemerintahan desa memberi penghargaan dengan mengadakan upacara bersih desa dengan menanggap ludruk yang merupakan seni tradisional Jawa Timur yang paling digemari warga Desa Karang Jati. Tentu saja sangat disambut gembira semua warga.

Menjelang bulan Suro atau awal Nopember tahun seluruh warga menyiapkan tanggapan ludruk. Tapi ada sesuatu yang aneh. Tak disangka, tak diduga, dan tak dinyana ternyata keluarga Pak Bagus sudah pindah rumah tanpa pamit. Entah ke mana. Gosip pun merebak melebar.

"Hla iya mereka pindah ke sini kan belum resmi dengan surat pindah," kata carik desa.


"Sepertinya mereka pindah ke sini juga ga bawah perabotan...," kata seorang biadan atau yang membantu memasak untuk persiapan ludruk.


"Pak Bagus rupanya kuatir istrinya dilirik Bejo...,"guyon Parmin saat mengatur gamelan.

Dan yang heboh adalah ungkapan berapi-api seorang wanita muda,"Memang sebenarnya yang menang bukan Dukuh Karang Jepun tapi Dukuh Kobong." Ia melontarkan ucapan ini karena merasa kesal dukuhnya yang diharapkan menang lomba kebersihan desa ternyata kalah.

Setiap kejadian selalu ditanggapi dengan aneka pendapat. Ada yang sedih, gembira, banyak juga yang biasa saja. Termasuk seorang tokoh desa yang dengan santai bilang," Ini acara desa bukan untuk keluarga dia. Buat apa bingung. Terpenting saat ludrukan kita tetap guyup rukun."

Semua warga yang sedang gotong royong membuat panggung ludruk diam saja. Cak Bejo yang ndableg dan suka  ludrukan memecahkan keheningan dengan memutar VCD lagu Sri Minggat yang dilantunkan Sony Jozz.

Sedang di dekat dapur umum ada ibu-ibu yang memasak dengan goyang pinggul mendengarkan lagu orkes gambus Pergi Tanpa Pesan yang dilantunkan Ellya Khadam. Semua gembira menyambut acara ludrukan nanti malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun